33. Rumah Sakit pt.2

56 7 0
                                    

"Aduuhh! Lepasin Rafa! Tangan gue sakit!" Rafa melepaskan lengan Zefa yang sebelumnya ditarik olehnya.Mereka berdua sedang berada di kantin Rumah Sakit sekarang lebih tepatnya diahadapan Felix yang sedang asik memakan mie instan yang dia beli di kantin.

Felix sontak terlonjak kaget ketika mengetahui kalau kedua teman sekelasnya itu berada tepat disampingnya.Terpaksa dia harus menunda makannya terlebih dahulu.

Rafa memegang dahinya,tak habis fikir dengan temannya yang satu itu.Disaat dia menunggu Zefa di dalam ruangan Rumah Sakit,tapi Felix malah asik-asikan makan mie instan di kantin.

"Napa?" tanya Felix dengan sangat naif.Rafa menghela nafas mencoba menahan emosinya yang bergejolak.

"Lo anter Zefa pulang.Gue mau pulang dulu,ada urusan."tanpa ba-bi-bu,Rafa meninggalkan mereka berdua di kantin.Felix tercengang,sebenarnya sih dia oke-oke saja kalau disuruh mengantar Zefa pulang...Tapi-ayolah! Rafa kalau nyuruh orang suka gak liat-liat! Masa Felix yang sedang asik-asik makan di suruh nganterin pulang Zefa?

"Hmm,gue bisa kok pulang sendiri." Zefa melontarkan senyum kik-kuk.Entahlah ia hanya merasa menjadi penganggu makan malam Felix.

"Gak usah gaya.Udah malem ini,ntar aja lo pulangnya sama gue,sekarang gue mau makan dulu.Apa perlu gue perjelas lagi?"Zefa mendengus pasrah,lalu duduk di bangku yang berhadapan dengan Felix.Tak lupa ia juga menaruh tasnya di bangku agar ia tidak perlu capek-capek menggendong tasnya selama menunggu Felix makan.

Felix memakan mie instannya dengan lahap,sedangkan Zefa hanya bisa memperhatikan kenikamatan Felix menyantap semangkuk mie instan itu dengan ngiler.Felix yang sadar kalau sedang diperhatikan,dia memberhentikan makannya,lalu berjalan ke arah warung di kantin Rumah Sakit tersebut dan segera memesan satu mangkuk mie instan (lagi) dengan rasa yang sama sepertinya tadi.

Tak butuh waktu lama sang penjual kedai tersebut mengantarkan satu mangkuk mie instan ke meja Felix.Zefa mengernyit heran,tidak mungkin kan Felix akan memakan mie instan lagi? Seganas itu kah Felix kalau sedang lapar?

"Kok malah liatin gue? Itu makan mie nya!" Zefa justru ternganga.Itu...mie... untuknya? Felix membelikan mie itu untuknya? Zefa mimpi apa semalam?

"Buat..gue?.."

"Iya,itu buat lo! Jangan pernah lagi lo liatin gue dengan tatapan kek anak kucing gitu.Itu bikin gue gak tega."serius ini Felix teman satu kelas Zefa? Entah kenapa ada sedikit perasaan gemas di benak Zefa saat Zefa melihat wajah Felix yang sedang memperintahnya itu.

Felix...Felix...kok gue jadi gemes gini sih sama lo? Andai aja lo lebih lembut lagi,lo udah masuk ke dalam daftar calon idaman gue,Zefa tersenyum simpul seraya menatap wajah Felix.Felix justru salting,dia pura-pura menatap ke arah lain untuk menghindari tatapan Zefa.

"Makasih Lix."seru Zefa tulus,lalu mulai menyantap mie yang dipesan oleh Felix.

"Lix." sela Zefa di tengah-tengah ia menyantap makanannya.

"Hm?"

"Kenapa sih? Lo mirip banget sama temen gue pas di SMP? Tapi namanya Lino.Dan sifat lo mirip banget sama dia.Apalagi dari mukanya-Oh iya gue tau! Gue kan pernah nonton di youtube,katanya di dunia ini ada tujuh kembaran walau gak satu darah.Apa jangan...jangan...lo termasuk kembarannya? Tapi gak satu darah,kan bisa aja?-ah! Ah!-atau lo reinkranasinya??"oceh Zefa dengan heboh,ia seperti sudah melupakan mienya demi sekedar membahas hal yang sebenarnya tidak terlalu penting.

Felix berusaha menahan tawanya melihat tingkah lucu Zefa.Ternyata cewek ini masih sama seperti dulu,berisik,bawel,cerewet,dan blak-blakan.Sangat tipenya.Felix berdehem,berusaha menghilangkan gelak tawanya yang ingin keluar,lalu sebisa mungkin dia mentralkan ekspresinya.

"Hmm..emangnya temen lo itu,sifatnya kayak gimana?" Felix mencoba memancing Zefa.Sangat diluar dugaan,Zefa menjawab pertanyaan Felix dengan antusias.

"Dia itu orangnya ganteng! Keren! Baik! Perhatian! Gila! Pokoknya idaman banget daahh!!"Zefa berseru riya,sedangkan Felix tertegun dan nyaris ingin batuk.Pipinya memerah nyala.Sudah bisa dipastikan Felix salting,tapi Zefa malah menatap Felix aneh dan mulai melanjutkan pembicaraannya tentang sosok Lino-teman saat di SMP nya,yang pernah Zefa sukai.

"Tapi nih ya! Dia itu-ngeselin! Kasar sama cewek! Pembuat onar! Sukanya cari ribut! Nilainya dibawah rata-rata! Sok tenar! Sok berani! Sok-"

Uhukk! Uhukk!!

Felix justru terbatuk-batuk ketika mendengar ucapan Zefa.Seburuk itukah dirinya?-Apalagi dimata Zefa? Zefa sontak mengambil air mineralnya yang diisi di botol minum miliknya,lalu segera ia sodorkan ke Felix.Felix dengan cekatan mengambilnya,lalu meneguk air mineral milik Zefa.Setelah selesai minum,Felix memberikannya lagi kepada sang pemilik,dan mencoba mengatur nafasnya perlahan.

"Oh iya Lix,tapi dia itu cengeng!-"

"Udah cukup,gue mohon jangan ceritain sifat temen lo si Lino-Lino itu lagi."Felix berusaha mencegah Zefa,ini semua demi kesehatan dirinya,dan juga jantungnya.Zefa mempoutkan bibirnya,ia tidak menyangka Felix akan menyuruhnya berhenti bercerita.Tunggu-apa Zefa sama sekali tidak terbesit rasa curiga dengan Felix?

"Tapi kan kata lo dia itu ganteng,apa lo sempet suka sama dia?"walau bagaimana pun juga sifat penasaran Felix lebih mengalahkan dari gengsinya.Kemana sifat dingin Felix yang sebelum-sebelumnya? Hari ini Zefa justru melihat sudut pandang Felix berbeda dari yang kemarin-kemarin.Felix yang sekarang justru terlihat lebih sedikit cerewet dan sedikit ingin tahu tentang urusannya.Tapi tak apa-apa,lagipula Zefa memang mau menyeritakan sosok Lino ini kepada Felix.

"Bukan sempet lagi,waktu SMP malah gue mikirnya tuh cowok cinta mati gue.Soalnya gue tuh udah suka sama tuh anak dari masa MOS pas di SMP sampe kelas sembilan! Tapi sayang, dia malah berbuat kasar sama gue.Dia malah ikut ngebully gue.Nala selalu bilang ke gue,kalo cowok kayak gitu,gak pantes disukain," Felix tertegun.Entah kenapa muncul perasaan bersalah dihatinya.Peristiwa Felix saat membully Zefa dulu,mulai terekam kembali di otaknya.Ya,selama ini Felix memang sudah menyadari perbuatannya dulu kepada Zefa sangat salah,terlebih Zefa adalah cewek yang sangat dia sayang.Bukannya kalau memang sayang,dia tak sepantasnya memperlakukan Zefa seperti yang dia lakukan saat dulu kan?

"Dan anehnya,setiap kali gue mau move on dari dia,gue gak bisa-bisa! Yang ada gue malah makin suka aja gitu sama dia." Zefa menjeda ucapannya,lalu tertawa secara tiba-tiba.

"Hahaha! Maaf ya Lix,gue malah jadi curhat." sama sekali tak ada respons dari Felix.Cowok itu kini menatap kosong ke arah Zefa.Sebegitu sukanya kah cewek itu kepadanya?-Ralat-kepada sosok dirinya saat di SMP dulu?

"Hm,Zef."panggil Felix,mencoba memfokuskan oandangannya ke cewek dihadapannya itu.

"Apa lo masih suka sama cowok itu?" tanya Felix dengan nada serius,bahkan kelewat serius.Zefa kembali terkekeh,mencoba mencairkan suasana.

"Lo kok jadi kepo gini sih sama kehidupan gue Lix??" ucap Zefa seraya terkekeh,lalu ia degan cepat menarik nafasnya dan mengehembuskannya lagi.

"Iya,dulu gue emang suka sama dia.Tapi sekarang gue udah gak suka lagi kok sama dia."

"Kok?....kok dia bilang?"

Sepertinya benar,sekarang seharusnya Felix lah yang memperjuangkan cewek ini.Seutuhnya.Ya,seutuhnya agar Zefa kembali menyukainya.Setidaknya hanya sepuluh persen saja tak apa.

My Boyfriend Is... || COMPLETE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang