only one: 1

7.8K 1.4K 189
                                    
































"duduk,"

singkat cerita, jisu menyuruh pemuda itu duduk setelah membantunya berjalan dari tempat mereka bertemuㅡsebuah gang temaramㅡhingga mencapai rumah jisu.

jangan tanya kenapa, jisu jelas tidak memiliki cukup uang untuk membawa pemuda itu ke rumah sakit.

sejak gadis choi kehilangan kedua orang tua, dia tidak perlu repot-repot untuk menghabiskan uangnya. sekedar untuk makan sehari-hari saja uang di dompetnya seakaan terkuras.

warisan orang tua?

aduh tidak perlu berharap, jisu yakin kekayaan itu sudah telah ludes diraup bibinya.



























"maaf gue gabisa bawa lo le rumah sakit." ucap jisu, berjalan mendekati si pemuda dengan kotak p3k ditangannya, "ah, gapapa 'kan ngomongnya pake gue?"

sebatas anggukan yang jisu dapat sebagai balasan.

"lo...udah mendingan?" lanjut si gadis, "gue kaget banget tadi baru pulang langsung liat orang disandera."

"lo gapapa 'kan? lo kenal tante jahat yang tadi?"

"gue masih kaget banget, apalagi lo sampe ambruk di depan gue. jujur, gue takut."

tolong katakan jika jisu tidak sedang bercakap dengan sebuah dinding.

























"lo...bisa ngomong 'kan?"

"bisa,"

jisu menghela napas, "ehm, boleh tau nama?" tanya si gadis kemudian, tanpa berhenti berkutat mengobati luka pemuda itu.

"buat?"

"bantu lo jelas, gue perlu nama biar bisa bantu."

pemuda itu mengarahkan maniknya tepat menyapa milik jisu. menatap gadis choi lamat seolah dia akan menghilang jika pandangannya teralihkan barang sedetik saja.

"lee minho, lino."

"oh," ragu-ragu tangan lino digenggamnya, "choi jisu."

beres dengan sesi perkenalan, atmosfer sekitar kembali senyap. jisu kembali fokus melanjutkan pekerjaan dan lino kembali memandangi si gadis yang sibuk bergelut dengan tangannya.































"sudah." gumam jisu kecil, memandang hasil usahanya begitu selesai mengobati si pemuda.

pikirnya lantas menerawang, mengingat kembali apa yang wanita paruh baya itu katakan sebelum pergi.

'urus dengan baik, dia banyak lukanya.'

benar saja, tubuh tegap di depannya itu memang penuh luka.







"lo udah mendingan 'kan?" tanya jisu, lagi.

"iya."

"gue anter ke kantor polisi ya? gue gabisa bantu lebih dari itu. biar polisi yang bantu lo pulang ke rumah."

tiba-tiba saja lino berdiri dari tempat, pemuda itu berseru, "p-polisi?"

"iya,"

"e-enggak! enggak mau!" pemuda lee menggeleng kuat.

"loh, kenapa?"

"aku gamau ke sana!"

alis jisu bertaut, "kenapa?"

"pokoknya gamau!"

jisu membuang napas, bingung dengan sikap lino yang menolak bantuannya, "memangnya kenapa sih? oke, lo gamau ke sana, tapi kasih gue alasannya."

manik pemuda itu tampak panik melirik ke arah kanan-kiri sebelum akhirnya berucap dengan nada yang sengaja dia pelankan,
















































"aku diawasi, jisu."

[v] one & only ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang