focus: lino, lia
begitu tuntas menyelesaikan kalimat, pemuda itu langsung pergi.
menyisakan lia dengan sakit dikepalanya yang kian mendera seorang diri. jangan salahkan lino, lia yang meminta pemuda itu keluar dari sana. dia terlalu pening sekedar untuk menatap wajah pemuda lee. akseptasi lautan informasi tanpa persiapan membuat pikirannya penat. awalnya sudah lelah, tetapi lia malah mengizinkan lino untuk semakin membiak beban pikiriannya.
lia tanpa sadar malah mengizinkan lino menghajar batinnya yang sudah kepayahan. tidak, lia tidak menyesal. hanya saja, begitu berat bagi lia untuk menahan pijakan di antara dua ombak yang sama kerasnya. di satu sisi, lia ingin mempertahankan identitasnya dan menolak percaya seluruh cerita lino. namun di sisi lain, lino mencemari ketetapan lia. dia dan seluruh elaborasinya seolah menjelaskan alasan kenapa perasaan dejavu acap menghantam lia.
ditambah dengan pernyataan suka meluncur dari mulut si pemuda yang semakin memperumit benang pikiran lia.
suka katanya?
suka?
ck, sebenarnya di mana hati lee minho hingga dia bisa menyukai lia walaupun dia pernah berniat membunuh lia?
"a-ah..." keluh gadis choi, sakit kepalanya semakin menjadi, "aduh..."
pusing, lia benar-benar pusing.
hulunya nyeri luar biasa, semua yang dilihat lia seolah hendak jatuh, semuanya seperti berputar bahkan ketika posisi lia hanya menidurkan diri semenjak tadi. sekelibat bayangan asing turut membesit dipikiran lia. potongan kejadian yang tidak pernah lia tahu seaakan memaksa untuk diingat. satu lintasan, dua lintasan, hingga belasan lintasan yang mampu membuat lia memejamkan mata panik.
gadis itu jelas tidak mampu menahan ofensif dari memorinya sendiri.
berbagai erangan mulai memenuhi setiap penjuru kamar. badan lia meringkuk putus asa di tengah ranjang. jemari si gadis tanpa ampun meremas kepalanya sendiri, menahan rasa sakit yang tidak minat berhenti menyiksa hulu. menyerah pada situasi, lia hanya bisa menangis. titik-titik air rupaya sedang berjalan beriringan dengan denyutan di atas sana.
sakit.
pusing.
mual.
bahkan rasa sakit dikepala lia juga memberikan efek melilit pada perutnya.
tok tok tok!
"ji, lo gapapa?" nada lembut mengkhawatirkannya, "ji???"
namun, jisu sama sekali tidak berkutik. dia abaikan suara itu, dia abaikan suara si pemilik wajah yang kini memenuhi kepalanya. lee minho, lia melihat semua tentang pemuda itu. semuanya, persis seperti cerita lino sekian menit yang lalu. memohon, tinggal di rumah, mengganggu, tersenyum, mengisi ruang hampa jemari, mengecup tangan dan pipi, hingga wajah lino yang dilihatnya terakhir kali di saat lia jatuh.
oh, jadi benar begitu ceritanya.
jadi, lino-lah seseorang yang lia benci.
si penipu dan pembunuh. pemuda itu membodohi lia lalu mendorongnya jatuh dari atas jembatan. membuat lia hampir mati begitu saja di saat lia baru saja menemukan sumber afeksi baru dalam hidupnya. namun sayang, sumber itu adalah lino, sumber itu adalah sosok sama dengan orang paling jahat yang pernah lia temui.
KAMU SEDANG MEMBACA
[v] one & only ✓
Fanfictionbagi lino, jisu adalah satu-satunya. ft. lee know, lia. est. 2020 ⚠️ violence, murder, harsh words, lowercase, unrevised