only one: 14

3.9K 1K 207
                                    




































seungmin

min |
gue udah gila kayanya |

| kenapa?

gue ngijinin lino tinggal |
padahal soobin nyuruh gue jauhin dia |
tapi gue malah kasih ijin.... |

| lo memang gila deh kayanya
| yg bener aja ji
| lo ngijinin dia tinggal?

gatau... |

| yaudah

| gue ke rumah lo

laaah? |
ngapain min???? |
read



















"ck,"

suara decakan itu terdengar menggema memenuhi atmosfer sunyi di sana. dilanjutkan dengan helaan napas panjang oleh sosok yang sama dengan penghasil decakan tadiㅡchoi jisu.

gadis itu benar-benar tidak mengerti dengan apa yang telah dia lakukan. mengijinkan lino tinggal di rumahnya? hah, sebetulnya apa yang jisu pikirkan?

oh ya, kata-kata soobin dan lino. jisu memang tidak bisa berhenti memikirkannya.

dan mungkin kata-kata kedua pemuda itu membuat rasionalitasnya hilang sesaat sampai-sampai dia memperbolehkan lino masuk.





































"jadi....lo sebenernya dateng darimana?"

figur yang semenjak tadi mengunci mulutnya rapat itu terperangah ketika diajak bercakap, "aku?"

"siapa lagi?"

"datang dari jauh."

"oh..." bibir jisu membulat sempurna, "terus lo minta tinggal di sini, lo ga punya rumah?"

"punya, dulu."

"sekarang?"

"kabur."

jisu terdiam sesaat sebelum akhirnya kembali berucap dengan nada yang dipelankan, "orang tua lo ke mana?"

raut lino lantas melunak, disusul dengan gelengan kecil yang mengiringi air muka sendu miliknya, "engga ada." katanya.

"m-maaf gue gak maksud." gadis itu gelagapan, "t-tapi gue juga sama, lo tau sendiri 'kan gue gak tinggal sama siapa-siapa."

lino mengangguk, "tau kok."

amarah pada dirinya sendiri saat menyetujui pemuda itu tinggal seakan surut begitu saja. jisu yang kini duduk dihadapan lino sedang berempati, bukan beremosi seperti sebelumnya.

"lo kabur? terus tante yang waktu itu siapa?"

lino mengadah, "gatau, engga kenal."

"dari kapan lo kabur?"

"sudah lama, 3 tahun yang lalu."

gadis itu terlonjak begitu mendengar kalimat yang meluncur dari mulut lino.

3 tahun kabur? bagaimana hidup pemuda itu selama ini?

"terus lo tinggal di mana sebelumnya?"

"di mana aja."





















apakah ini waktu yang tepat bagi jisu untuk bersyukur?

jika iya, jisu akan melakukannya.

kepala gadis itu pening seketika kala mengetahui ada hidup yang jauh lebih keras darinya.





jisu kira, selama ini hidupnya-lah yang paling susah.

ditinggal orang tua, dibuang oleh bibi.

wajar jisu merasa paling susah karena ia  membandingkan dirinya hanya dengan teman-temannya. jisu ternyata belum membuka mata dengan benar selama ini.


































"hari itu firasat gue sudah enggak enak dari pagi, bahkan telunjuk sempet kena api waktu nyalain lilin. mati lampu, gue sendirian di rumah."

jisu membuang napas, "dan habis telunjuk gue kena, hp gue bunyiㅡdari kepolisian. lo bisa ngira lah apa yang mereka bilang."

sepertinya saat ini, kinerja dalam jisu sedang tidak sinkron. dari mengijinkan lino tinggal hingga bercerita dengan mudahnya soal orang tuanya?

entahlah, jisu hanyaㅡingin berbagi.

"lo gimana?" tutur jisu lantas, sinyal meminta timbal balik.

"apa?" balas lino.

"orang tua, hidup lo selama ini, gimana?"

lino tiba-tiba membenarkan posisi duduk, memandang manik si gadis lamat, "kamu serius mau denger?"

"kenapa?"

"jangan kaget apalagi nyuruh pergi. aku gamau."

"ya tapi, memangnya hidup lo gimana?"

"serius mau denger?"

"mungkin."

"serius?"

"memangnya kenapa sih?"

"soalnya," lino mengulum bibir, tetap dengan netra yang tidak lepas dari milik jisu, "aku....














































membunuh ibuku."

[v] one & only ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang