only you: 21

3.6K 720 204
                                    


































































satu kalimat yang terlintas dipikiran lia, 'wah, orang ini benar-benar sakit.'

gadis itu tidak habis pikir dengan lino yang dengan mudahnya berkata ingin jatuh bersama atau dengan kata lainㅡdia ingin mati bersama lia. astaga, apa pemuda itu pikir dia boleh mati begitu saja? pendosa sepertinya belum boleh mati, dia harus membayar seluruh kesalahannya sebelum menarik napas penghabisan nanti. nanti, tidak sekarang, tidak boleh.

lia juga tidak sudi mati bersamanya, pun lino sudah sempat mengakui seluruh cacat yang dia punya. memang dia pikir dengan mengakui semua itu, dia sudah termaafkan? jawabannya tidak, tidak sama sekali. lia tahu dia bukan Tuhan, lia tahu dia bukan Tuhan yang bisa mengatur hidup mati seseorang. namun, lia sekedar menggantung asa. menggantung permintaan bodohnya untuk si pemuda.

sungguh, meskipun lia pernah menyuruh pemuda itu meninggalkan dunia, tapi tidak. lia tidak benar menginginkannya. kalimat itu sekedar ungkapan frustasi begitu dia menyadari apa yang sedang terjadi. pokoknya tidak boleh, lia ingin sendiri, biarkan lia pergi seorang diri. semua akan percuma jika lino ikut bersamanya.






























































"enggak." tegas gadis choi kemudian, "brengsek, lo harus bayar semua dosa lo sebelum mati."

"akuㅡ"

"gue juga enggak sudi mati bareng lo, enggak. kalau pun lo harus mati, gue mau lo mati di tangan gue. gue yang bunuh lo." lia tertawa hambar, "tapi, gue bukan orang gila kayak lo, kayak tante irene. di mata gue, orang lain engga serendah itu, hidup orang lain engga semudah itu sampai gue bisa mainin mereka seenaknya."

"tapi ji, akuㅡ" sekali lagi kalimat lino terpotong oleh lia.

"hidup yang lama sana, lama sekali sampai lo ingin ngerasain yang namanya mati."

pemuda itu tiba-tiba saja membawa lia ke dalam rengkuhannya, "ji..."

"a-apa?! lepasin gue!"

"maaf, maaf banget ji. maaf, maaf."

lia jelas memberontak di sana, "lepasin! lepasin gak?!"

"maaf," ucap lino dengan suara yang kian merendah, "maaf ji. kamu memang bilang gitu, tapi aku mau selesai di sini."

"enggak, enggak boleh! lepasin gue!"

tidak mengindahkan lia yang meronta, pemuda itu malah mengangkat gadis itu melewati pagar pembatas jembatan. menempatkan lia pada pijakan di pinggiran jembatan luar pagar. setelah puas membuat lia panik berkat tindakan tiba-tiba, lino malah ikut meloncati pagar. bersama lia berdiri di pinggiran sembari melempar senyum pada gadis choi.

pemuda itu jelas sangat sakit.

"l-lo, lo gila?!" cecar lia lantas.

"aku engga pernah main-main sama ucapanku sendiri." lino bergantian memandang paras lia dan pemandangan sungai bawah di bawa sana, "sejak aku nipu kamu, aku gamau main-main lagi sama ucapan. apalagi sama kamu, aku enggak mau."

melihat langsung kiprah tanpa komando itu, irene berteriak, "lee minho, apa yang kamu lakukan?!"

lino sebatas tersenyum membalas irene, "selesai, semua terserah mama. mau nyebarin bukti juga gapapa, aku udah engga peduli."

[v] one & only ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang