"tada!"
jisu rasanya ingin menggelepar di lantai bak ikan yang baru saja diangkat dari perairan. gadis itu sekali lagi ingin menggila, ingin, ingin sekali. melihat lino mengenakan seragam sekolahnya dipagi hari membuat jisu pening seketika.
seragam bercorak sedikit norak itu jelas seragam laki-laki milik sekolahnya!
tidak, bukan norak. maksud jisu karena lino yang memakai seragam itu dan sialnya terlihat beribu kali lebih memukau, jisu jadi menganggapnya norak.
benar-benar lee minho ini, tidak punya sopan-santun sama sekali dengan jantung jisu.
"apa-apaan?!" jisu menutup mulutnya dengan tangan setelah terpukau melihat lino pagi ini, "itu 'kan seragam sekolah gue?! lo dapet darimana?!"
tidak membalas, lino malah membungkuk gestur memberi salam, "mohon bantuan ke depannya, jisu."
"jawab dulu!" menghapus kesan gadis feminin, jisu menarik kerah lino dengan kedua tangannya, "lo kok bisa pake seragam sekolah gue?"
"eh, eh?! jisuㅡ" panik si pemuda ketika mengetahui wajah mereka begitu dekat, "aku beli, beli! aku mau sekolah bareng kamu!"
perlahan jisu melepaskan tangannya, "beli? kapan?"
"k-kemarin."
"uangnya?"
"aku banyak uang."
"ck, tapi kemarin 'kan lo dilukain orang?"
"ya, sebelum itu."
jisu mengurut pangkal hidung, tidak habis pikir dengan lino.
sebegitu obsesinya kah lino sampai mendaftarkan diri di sekolah yang sama tanpa mengatakan apapun terlebih dahulu pada jisu?! jisu tahu lino memiliki banyak uang, jisu tahu betul itu.
namun, jisu tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. apa yang akan terjadi jika lino berada di sekolah yang sama dengannya? apa yang akan terjadi jika pemuda setampan lino menempel pada kentang seperti jisu di sekolah nanti?
dari awal perkenalan mereka, jisu tahu lino adalah tipe pria yang mudah disukai wanita. bahkan ketika penampilan pemuda itu masih kumuh, jisu sudah tahu.
"lo belum beli baju buat di rumah buat pergi tapi lo udah beli seragam aja?" jisu menghela napas, "lo juga belum beli alat mandi dan semua kebutuhan buat lo."
"sudah kok."
"sudah?"
"ehm, iya beberapa. aku gak terlalu ngerti, tapi aku sudah beli yang penting-penting kok! buat mandi penting 'kan?"
jisu mengulum bibir, "tapi, lo bisa masuk sekolah gue gimana? lo 'kan dateng ke sini enggak bawa apa-apa? kalo daftar ke sekolah gitu harus bawa berkas-berkas 'kan? data diri, rapot, atau apapun itu. sedangkan lo? "
"sudah kok."
"apanya yang sudah?"
"sudah jisu gausah mikirin aku, oke? buktinya sekarang aku bisa sekolah bareng jisu, itu udah cukup."
namun, bagi jisu itu belum cukup.
dia merasa ada yang tidak beres dengan lino.
ㅡ
"jisu!"
dan benar saja, lino langsung mencari jisu di jam istirahat.
tepat seperti perkiraan, lino pasti akan terus mencari kesempatan untuk menempel padanya. bahkan ketika jisu berusaha meloloskan diri dan bahkan ketika lino dinyatakan berada satu tingkat di atasnya, pemuda itu tetap ingin menjumpai jisu.
jisu sendiri baru tahu lino tidak berada di umur yang sepantaran dengan dirinya. dia sedikit terkejut kala lino bertanya di mana kelas 11 berada pagi hari tadi. jadi, mulai sekarang jisu harusㅡ
"kak lino?" ingin rasanya jisu menggosok lidah setelah memberikan embel 'kak' pada lino yang baru datang memasuki kelasnya, "ngapain ke sini?"
bisa jisu rasakan belasan tatapan mata mengarah pada mereka. bingung melihat siapa pemuda menawan yang menghampiri jisu atau mungkin bingung menapa pemuda semenawan itu menghampiri jisu.
"kak?" lino memasang ekspresi aneh, "biasa aja, jisu. gue gak masalah kok langsung dipanggil nama."
"gue?" oke, abaikan. jisu mendadak merasa asing saja lino menggunakan gue, bukan aku seperti biasanya.
lino tersenyum, "tadi diajari temen, katanya lebih asik pake gue-lo. lucu ya?"
oh, lihatlah. di hari pertamanya sekolah saja lino sudah sepopuler itu.
"biasa aja."
"oh, halo temennya jisu." lino tiba-tiba beralih kepada teman sekelas jisu yang tidak berhenti memandangi mereka. pemuda itu membungkuk, memberikan salam, "lee minho, kelas 11-3.
mereka semua terdiam.
"aku punyanya jisu."
"THE FUCㅡapa-apaan lo ngomong gitu?!" jisu dengan panik mengedarkan pandangan, "dia bercanda! kita cuma temen kok, iya temen. jadi jangan dengerin kata dia ya!"
beberapa teman sekelas jisu tertawa, sebagian yang lain mengangguk, dan sebagiannya lagi tidak peduli. nakyung dan heejin tertawa sementara soobin mendecih tidak peduli. seungmin? seungmin mungkin termasuk golongan tidak peduli sebab pemuda itu sekedar memperhatikan tanpa bereaksi apapun sedari tadi.
"jadi, ini lino yang di rumah lo?" heejin angkat suara, "dari cerita lo dia kayaknya serem abis, tapi siapa tau ternyata orangnya cakep gini?"
"dia beneran serem tau, jin! lo jangan asal percaya deh sama mukanya, soalnya muka sama isi belum tentu sama!"
"kok bisa sekolah di sini?" nakyung mengulum bibir, "bukannya dia orang aneh yang mukulin soobin? bisa-bisanya lo ngomong dia cakep sih, jin."
"gue juga gatau, na. pokoknya gatau!" jisu memekik, "gue juga gatau kenapa dia dateng ke kelas, nyariin gue, gue gatau!"
si objek pembicaraan ternyata ikut memperhatikan, "gaboleh ya, jisu? kan sudah janji..."
"gatau ah, terserah lo!"
"oh, halo temennya jisu yang waktu itu." lino beralih mendekati seungmin, "gue belum ngucapin makasih ya soal lo bantuin jisu nerima gue? makasih yaㅡ?"
"kim seungmin." ujar pemuda kim.
"makasih ya, seungㅡ"
kalimat lino terpotong oleh suara berisik choi soobin yang bangkit dari kursi. pemuda itu mencipta raut tak suka, berjalan menuju lino yang berdiri di sebelah bangku seungmin.
dengan hunusan tajam dia menatap lino sengit,
"brengsek."
lalu melenggang pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[v] one & only ✓
Fanfictionbagi lino, jisu adalah satu-satunya. ft. lee know, lia. est. 2020 ⚠️ violence, murder, harsh words, lowercase, unrevised