only one: 18

3.7K 978 181
                                    












































"brengsek,"

khusus kali ini, pagi hari milik jisu harus diwarnai dengan umpatan dan kantung mata sebagai akibat dari ujaran yang begitu pelik untuk diterima oleh jisu. kepala yang tidak mau berhenti memikirkan tuturan lino itu jelas membuat jisu tidak bisa tidur

waktu itu, dia bilang takut kehilangan jisu dan sekarang jisu tidak boleh pergi darinya?

sebenarnya, bisa saja jisu menepis perkataan lino dengan menganggap pemuda itu asal bicara contohnya? mungkin, jisu terlihat sangat baik dimata lino karena mau menolongnya atau mungkin bisa juga jisu terlihat seperti malaikat yang rela membuka tangan untuk menampung lino di rumahnya.

yah, terserah jisu saja lah.









































"ck, lee minho kurang ajar."

"ya?"

lino yang mendadak muncul dengan menyembulkan kepala dipundak kanan jisu jelas membuat jisu terkejut, "heh?!"

"kenapa jisu? kenapa nyebut namaku?" ulangnya, mengubah posisi menjadi berdiri di sebelah jisu.

"gak, gapapa." balas si gadis seadanya, "lo ngeselin."

"aku? aku kenapa?"

jisu mendecak, "bikin orang bingung itu keahlian lo ya? lo gak nyadar lo itu sering ngomong hal yang bikin gue kepikiran?"

pemuda itu membuka bilah, menganggukkan kepalanya perlahan, "misalnya?"

"ugh, misalnya lo waktu itu bilang gamau kehilangan gue dan kemarin lo bilang gue gak boleh pergi dari lo! lo gak nyadar apa gue pusing banget mikirinnya????"

"aku 'kan gak pernah minta jisu mikir." katanya, "cukup penuhin aja, engga usah dipikirin."

kalau Tuhan mengijinkan, sepertinya surai legam milik lino itu akan habis jisu tarik sangking kesalnya. pipi sedikit menggembung itu juga akan memerah sebagai pelampiasan derajat tempramen jisu yang sedang melangit. jisu kesal, kesal sekali.

kenapa pemuda berbadan besar ini sangat berbanding jauh dengan gaya tuturnya yang murni tanpa dosa?








































"ya tapi kenapa?! kenapa lo minta kayak gitu ke gue?! memangnya gue siapa lo siih?"

lino tidak menjawab, pemuda itu malah menjatuhkan pandang pada kesibukan jisu di tengah dialog mereka, "kamu lagi apa?"

"oh, bagus. dia mengalihkan pembicaraan."

"enggak penting jisu." lino menggeleng, "kamu lagi apa, aku tanya."

"lagi bikin sarapan, emangnya gak keliatan?? mata lo terbang, hah??"

"oh,"

"ah, oh, ah, oh, ngeselin."

lino terdiam beberapa saat, terfokus dengan sendok diantara jemari jisu yang tak kunjung selesai mengoleskan selai pada satu lembar roti saja, "mau sekolah ya?"

jisu sekali lagi mendecak, "mau kayang."

"loh?"

"yaiyalah mau sekolah!"

"lama gak?" nada lino kian melembut dari sebelumnya, "lama gak sekolahnya?"

"kenapa? mau ikut?"

dan yang mengejutkannya, lino malah mengangguk ricuh menyanggupi pertanyaan jisu. jisu bahkan sampai menjatuhkan sendok, berhasil mengotori meja kecil itu dengan selai. tatapan horor juga jisu lemparkan pada si pemuda. menagih penjelasan tentang apa yang ia maksud melalui anggukan.












"lo mau ikut?????"

lino mengerjap, "iya."

"ngapain?????"

"aku cuma mau lihat sekolahmu. sudah lama aku gak sekolah."

jisu berusaha menenangkan jantungnya yang sempat meloncat tadi, "memangnya lo terakhir sekolah kapan?"

"lupa, mungkin smp? aku lupa sampai kelas berapa."

ah, tampaknya hidup pemuda itu sangat kesusahan hingga dia melupakan rekam jejak terakhir pendidikan yang ditempuhnya, "terus ngapain ikut? gue cuma mau sekolah kok."

"ikut." pinta lino.

"lo cuma mau liat sekolah doang 'kan? lain kali aja deh, kita jalan-jalan gimana?"

pemuda lee menggeleng, "maunya sekarang."

"kenapa sih?"

"kan sudah janji jangan tinggalin aku."

jisu bergidik, geli mendengar kalimat yang keluar dari mulut lino, "gimana kalo gue gamau?"

"jangan..."

"kenapa?"

lino tampak kelimpungan, bola matanya berputar tak beraturan sebelum akhirnya ia kembali membalas jisu.






























































"h-hari ini, aku takut."

[v] one & only ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang