only you: 16

2.6K 676 94
                                    

focus: lino, lia, irene, seungyeon



















































gadis itu kini duduk terdiam di pinggiran ranjang dengan segelas air ditangannya.

saking banyaknya beban dikepala, lia sampai tidak mengerti apa yang dia pikirkan sekarang. kosong, begitu pula dengan pandangannya. hilang sudah binar kehidupan di manik lia, gadis itu terlampau putus asa untuk terus berada di dunia. mati, mati, mati, entah sejak kapan kata inferior itu menjadi adiksi untuk si gadis. bagi lia, semua manusia dasarnya lahir untuk mati. jadi, apakah salah jika lia ingin menjemputnya sedikit cepat?

lagipula sudah tidak ada tempat untuknya 'kan?

sudah tidak ada tempat untuk lia pulang dan satu-satunya rumah lia hanya di atas. jauh di atas sana, bersama ayah ibu kandungnya.

tanpa tahu pikiran rusak lia, lino hanya menatap lia sayu dari bawah. lino memang memilih duduk di bawah, si pemberi segelas air pada lia itu lebih memilih menyapa lantai dingin daripada duduk di sebelah lia. penyebabnyaㅡrasa bersalah lino yang kian membludak. pemuda itu merasa tidak mampu dan tidak pantas sekedar untuk duduk di sebelah lia.

pikirnya menerawang, apa yang bisa lino lakukan untuk mengembalikan lia? bagaimana cara menghidupkan kembali manik yang terlanjur sekelam waktu malam itu? hampa, tidak ada harapan, setidaknya begitu yang lino baca dari mata lia yang beranjak gelita. pemuda itu juga putus asa, agaknya tidak ada langkah yang bisa dia ambil untuk membuat lia seperti sedia kala.



















































"pulang." lirih lia lantas, "gue mau pulang walau itu bukan rumah gue."

lino berdeham kecil, "iya, nanti kitaㅡ"

"sekarang, gue mau sekarang."

"tapiㅡ"

"engga ada kata nanti." lugas si gadis, "kalo lo memang ngerasa bersalah sama gue, bawa gue pulang. gue mau pamit sama mereka, abis itu terserah lo mau bawa gue ke mana, mau apain gue, mau bunuh juga terserah."

pemuda itu memberanikan diri, meraih tangan lia yang tidak sedang memegang gelas, "gue mau, tapi engga bisa sekarang. lo lupa masih ada mama yang harus kita lewatin? keluar dari sini engga semudah itu."

lia tidak menjawab.

"dan bunuh lo? engga, engga bakal pernah. cukup sampai sini gue ngebahayain lo, cukup sampai sini gue bohongin diri gue sendiri." jemari lino mulai mengelus lembut punggung tangan lia, "sabar ya? gue janji engga bakal ngecewain lo lagi."

"lo beneran suka sama gue?" ujar lia tiba-tiba.

"e-eh?"

"beneran?"

lino menggigit bibir, "setidaknya itu yang gue rasain 5 tahun belakangan ini."

lia menahan tawa, "orang gila."

"......"

"kalo lo beneran suka, cepet bawa gue keluar dari sini."

ah, gadis ini benar-benar tidak mengerti apa yang lino katakan.

"engga bisa, ji. kita pikirin dulu gimana cara keluarnya, ya?"

"engga mau..."

"kalo engga gitu, kita bisaㅡ"

kalimat lino terpotong oleh interupsi dari ambang pintu kamar lia, "bisa apa, hm?"

lia mungkin tidak peduli dengan suara wanita itu, tetapi lino terkejut bukan main. tidak jauh darinya, berdirilah irene yang lagi-lagi menggeret paksa seungyeon. seungyeon yang semakin lemah tiap harinya mengingat dia yang jarang menerima asupan setelah bertahun-tahun dikurung itu jelas tidak bisa melawan irene. sebab seungyeon hanya bisa makan ketika lino berhasil mengendap masuk ke ruangan ireneㅡtempat bibi lia itu dikurung.

[v] one & only ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang