meskipun lino sudah memberikan alasan mengapa dia tidak mau pergi, tetap saja hal itu tidak mengubah kehendak jisu untuk mengantarkan lino ke kantor polisi.
membawa lino ke rumah saja sudah seperti mengundang bahaya, apalagi dengan membiarkan lino menetap di sana? bisa-bisa jisu sungguh termakan oleh bahaya yang sudah ia bawa.
"diawasi? siapa? tante jahat tadi?"
bukannya menjawab, lino malah terpusat pada hal lain. atensinya tidak pada jisu yang tengah berbicara. terlihat dari orientasi matanya yang tiba-tiba mengarah ke atas, menjatuhkan pandang kepada sesuatu di atas sana.
tanpa aba-aba, jisu mengikuti arah pandangnya, "lo ngeliatin apa sih di atas?"
"m-merah...."
"merah?" ulang jisu, "apanya merah?"
lino menggeleng cepat, mengembalikan minatnya pada gadis choi, "kamu bilang apa tadi? siapa yang ngawasin? i-itu bohong kok, lupain aja."
jelas perkataan lino membuat dahi jisu berkerut, "tiba-tiba?"
"iya bohong, akuㅡcuma gamau pergi ke sana."
"oh," jisu mengangguk pelan, "kalo sekarang mau 'kan?"
sunyi, lagi-lagi lino tidak menjawab dan justru teralihkan pada sesuatu yang lain.
kali ini sepertinya bukan di atas melainkan di sampingㅡdi luar jendela.
"ada yang menarik di luar?" dalih jisu yang mulai kesal dengan tingkah pemuda lee. "lo ngeliatin apa?"
hanya terdengar suara napas lino yang semakin memberat tiap detiknya. cenderung tersengal, entah apa yang membuatnya seperti itu.
dan seolah beratnya napas juga memberatkan bola mata, lino kembali menoleh pada jisu, "m-mau kok."
ada apa dengan orang ini?
ㅡ
"lo beneran mau gue anter ke kantor polisi?"
lino mengendik kecil, "kamu yang minta tadi."
"iya sih,"
perjalanan kembali dilanjutkan dengan mulut terkunci. juga dengan langkah bersahutan sebab lino memilih berjalan di belakang jisu, bukan mengiringi langkah gadis itu dari samping.
jisu sebenarnya tidak masalah, tapi risih rasanya lama-lama membiarkan lino mengikuti langkahnya dari belakang.
"maaf ya gue cuma bisa bantu lo sampe sini aja. biar polisi yang bantu selanjutnya." tutur jisu tanpa melihat lawan bicaranya.
"gapapa."
gadis itu menarik salah satu sudut bibirnya ke samping, "tapi beneran deh, lo gamau jalan di samping sini?"
penawaran itu ditolak tegas, "enggak."
"gak enak tau rasanya diikuti dari belakang." dumal jisu, mengerucutkan bibir tanpa sepengetahuan lino.
"anggep aja aku gaada."
jisu menghela napas seraya menggeleng kecil, "mana bisa?"
"bisa kok. coba aja."
"hah?" bersamaan, jisu langsung menoleh ke belakang untuk melihat lino, "caraㅡloh?"
dan coba tebak apa yang jisu temukan?
angin.
lino tidak ada,
dia menghilang begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
[v] one & only ✓
Fanfictionbagi lino, jisu adalah satu-satunya. ft. lee know, lia. est. 2020 ⚠️ violence, murder, harsh words, lowercase, unrevised