Jaemin tengah mengirim apa yang Rahayu minta ketika Renjun datang membawakan camilan ke hadapannya, ia dibuat ingat lagi dengan kalimat Jaemin sebelum mereka pulang sekolah tadi. Renjun lupa kalau sang teman ini tipe orang yang punya kebiasaan memperhatikan orang. Sepertinya dia tahu sesuatu tentang Rahayu, pikirnya.
"Jun, nyalain Wifi dong!" pinta Jaemin tanpa mendongak.
"Udah nyala," sahut Renjun duduk di sebelahnya sambil mengambil bantal sofa, "Jaem, maksud omongan lo tadi apa?"
"Minta Wifi?"
"Ck! Yang di depan kelas Haechan, sebelum balik," sahut Renjun sedikit sewot.
"Haha, kepikiran? Kebiasaan lo mah." Jaemin tertawa di sela-sela mengirim foto, hapal betul dengan karakter Renjun yang sering banyak berpikirnya daripada bicaranya. Selesai menuntaskan permintaan Rahayu, ia mengambil kue di atas meja dan melihat Renjun. "Mau gue ceritain sesuatu?"
"Gue nanya doang."
"Jadi gini Jun ceritanya ..." Renjun merotasikan bola mata ketika Jaemin sempat terkekeh karena mengabaikan ucapannya. Namun begitu, ia tetap melanjutkan cerita yang menjadi alasan kenapa Jaemin berkata bahwa Rahayu tak seburuk kelihatannya.
Dulu—tepatnya ketika kelas satu, semua orang di kelas menjauhi Rahayu. Tidak ada yang mau berteman dengannya melihat kesan awal si gadis yang sangat tak acuh dan sombong itu. Termasuk Jaemin. Malas sekali rasanya harus berurusan dengan perempuan yang sengaja menjauhkan diri sepertinya.
Hanya saja mungkin bedanya kalau laki-laki tak semenonjol perempuan ketika menunjukkan ketidaksukaan mereka.
Suatu hari, dia satu kelompok dengan Rahayu. Semuanya berjalan lancar, karena kalau untuk tugas, Rahayu bisa diajak kerja sama walaupun irit bicara. Jaemin sungguh tak mengira kalau kelompok itu membuat ia merubah pandangannya terhadap gadis tersebut.
Kala itu; Jaemin, Rahayu, Yangyang, dan Linlin sudah mengumpulkan materi dan merangkumnya menjadi satu file. Mereka akan menyerahkannya kepada Chen—guru seni yang terkenal disiplin dan tak kenal ampun pada murid yang lalai akan tugas.
Namun keteledoran dilakukan Yangyang ketika makan siang.
Rahayu hendak menyalin tugas di flashdisk Yangyang ketika Jaemin menyaksikannya secara langsung benda tersebut melayang ke kuah baso milik sang empu. Padahal seharusnya tugas diserahkan sebelum pukul dua dan Chen takkan menerima lebih dari yang ditentukan.
Yangyang jadi bahan amukan, Jaemin sampai marah karena biar bagaimanapun materi yang mereka kerjakan itu cukup susah. Merasa tak punya banyak waktu untuk mengerjakan ulang, Jaemin selaku ketua memutuskan untuk menemui Chen dan meminta tugas ganti karena masalah ini. Tentu saja resikonya nilai mereka akan turun.
Sepulang sekolah, ia sempatkan dulu futsal untuk melepaskan rasa frustrasinya. Ia baru menemui Chen pada pukul setengah lima sore, kebetulan ia tahu guru tersebut sedang piket.
"Pak."
"Oh, Jaemin. Kenapa?" tanya Chen tersenyum sambil sibuk memeriksa tugas siswa di laptopnya.
"Anu ... itu—saya mau nanya, kalau yang enggak ngerjain tugas kemarin apa ada tugas lain buat gantinya?" Chen tampak mengerutkan kening dan menggeser beberapa buku di atas meja untuk mengambil tugas lain.
Katanya, "Emang kenapa? Ada yang belum ngerjain?"
"Emm, saya—"
Belum sempat Jaemin menyelesaikan kalimatnya, netra laki-laki ini melihat flashdisk Sally Line yang sangat mencolok—flashdisk Rahayu yang sebelumnya akan ia gunakan untuk meminta salinan tugas pada Yangyang. Benda itu ada di meja gurunya.
![](https://img.wattpad.com/cover/147260086-288-k210309.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
It's All Fine
FanfictionMenjadi pintar tidak selalu berarti anugerah. Mendapatkan atau bertahan di posisi teratas adalah kompetisi yang cukup mengerikan. Setidaknya itu yang Rahayu-si ranking dua pikirkan ketika bertemu dengan Renjun-si ranking pertama di sekolah.