Renjun berlari kecil di bawah terik matahari, senyumnya terpatri sambil menghampiri Rahayu dan Yeji yang kini tengah serius membicarakan sesuatu dengan sebuah kertas di masing-masing tangan. Ia berhenti di tengah-tengah keduanya, sangat sukses menuai decakan keras dari gadis di depan Rahayu.
"Ngapain?"
"Lagi latihan, ganggu aja sih lo!" sewot Yeji mendorong Renjun menjauh. Laki-laki itu menatapnya tajam, padahal dia sama sekali tak bertanya pada gadis tersebut. "Apa, hah?! Apa lo???"
"Jangan nambah musuh deh, Ji," tegur Rahayu dengan ekspresi malas, dia beralih menatap Renjun dan menjawab pertanyaan di awal, "latihan buat uprak Bahasa Inggris. Kamu kenapa di luar?"
"Aku habis dari ruang guru dan emang lagi jamkos, kamu sendiri harus banget ya latihan di pinggir lapang?"
"Kalian ya bukan kamu," sahut Yeji penuh penekanan hingga Renjun nyaris melawan kalau saja Rahayu tak ada di sana untuk melerai, "alah, bucin."
Rahayu melipat kertasnya tak acuh dan menjawab, "Sekalian nungguin Jaemin laporan uprak teater."
"Oh, iya. Aku denger dia ditunjuk jadi ketua pelaksana, ya?" tanya Renjun mengingat. "Eh, tapi urusannya sama kamu?"
"Rahayu sutradara, gue asistennya. Ngapa?" tanya Yeji sukses membuat Renjun akhirnya menarik kertas di tangan Rahayu dan menepuknya keras ke kepala sang empu. Sudah kepalang dongkol. "APA, SIH?!"
"Lo tuh yang apa-apaan?! Gue nanya sama siapa dijawab siapa!"
Yeji mengerucutkan bibirnya dan menggandeng tangan Rahayu sambil memelas Dia bilang, "Jangan ada obat nyamuk di antara kita, Yu."
"Sialan, elo yang obat nyamuknya juga."
"Dua bucin beradu," celetuk seseorang mendekat sambil menggeleng-gelengkan kepala—Jaemin, "dari jauh udah kelihatan lagi rebutan."
Rahayu terkekeh samar, dia bertanya tentang urusan di kantor guru tadi tanpa peduli kedua orang tadi. Jaemin bilang, jadwal akan disesuaikan dengan urutan kelas. Dia juga memberitahu aturan ujian di mana Rahayu akan ikut andil untuk menjelaskan pada yang lain karena dialah yang dipilih sebagai sutradara.
"Panas, ngobrolnya di kelas aja," usul Jaemin menggandeng tangan Rahayu yang lain dan menariknya menjauh dari kedua manusia yang sempat ribut tadi, "dah ya, ada urusan."
"JAEMIN!!!" teriak Renjun dan Yeji sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's All Fine
أدب الهواةMenjadi pintar tidak selalu berarti anugerah. Mendapatkan atau bertahan di posisi teratas adalah kompetisi yang cukup mengerikan. Setidaknya itu yang Rahayu-si ranking dua pikirkan ketika bertemu dengan Renjun-si ranking pertama di sekolah.