09. Efek

160 33 36
                                    

Rahayu melambai kaku sambil duduk di kursi yang tersedia di tempat jus, orang yang duduk di sampingnya menyapa balik dengan senyuman ramah yang sangat manis seperti biasa. Rahayu memesan jus apel, menenangkan diri sambil membenarkan letak tas di punggung dalam kegugupan.

"Enggak les, Yu?" tanyanya menyimpan gelas di meja yang tersedia.

"Enggak Kak Yuta," jawab Rahayu pada Yuta—lelaki berjulukan Rabu Kotak-Kotak yang sekarang tengah mengenakan kaos dan jaket denim. Lelaki berketurunan Jepang ini mengangguk-angguk mendengar jawaban pasif Rahayu yang tampak natural.

"Terus kenapa enggak pulang? Bahaya tahu kalau malem belum sampai rumah," ucap Yuta heran. Rahayu hanya tersenyum tipis dibuatnya, tak habis pikir bagaimana bisa lelaki perhatian sepertinya mendapat kesan mesum hanya karena sering melihat siswi-siswi di setiap sekolah.

Bukan berarti Rahayu merasa paling mengenal Yuta, tapi setidaknya ia lebih tahu dari penyebar kabar burung tentang dirinya.

"Kak Yuta sendiri? Masih seneng nongkrong sendiri?" tanya Rahayu balik.

"Yah, susah dijelasinnya, sih. Pokoknya suka aja," jawab Yuta santai.


Kenapa harus Kak Yuta? Batin Rahayu sendu.


Usai berbasa-basi, Rahayu melihat ke arah jam satu dan mendapati Renjun ada di depan warung sambil memainkan kunci motor, memperhatikannya dengan serius. Gadis ini akhirnya memberanikan diri mengeluarkan ponsel setelah membuang napas dan berkata, "Kemarin di sekolahku ada berita heboh, Kak."

"Oh, ya? Apa?" tanya Yuta penasaran.

"Di sekolah lain ada perempuan yang dipeluk tiba-tiba sama cowok asing, anaknya ... langsung histeris gitu," cerita Rahayu penuh ragu. Yuta yang tertarik untuk mendengarkan tampak mendekat ketika gadis ini menunjukkan foto Haechin ke depannya, "kasihan, ya."

Yuta tersentak, matanya membulat terkejut dan tubuhnya langsung gemetaran. Ia menunduk tiba-tiba sambil memainkan jari-jari. Rahayu secara was-was memperhatikan pergerakan lelaki tersebut karena perubahan yang cukup drastis tadi.

"Kak ... Yuta, kenapa?"



"Itu aku, Yu," ucapnya membuat Rahayu spontan menelan ludah karena kejujurannya. Yuta mengerang dan mengusap wajah setelah menunjukkan gestur yang teramat menyesal, "aku enggak bener-bener pengen meluk dia waktu itu. Sumpah, Yu!"

"Kak Yuta ..."

"Aku kira itu dia, Yu!"

"Kak Yuta sebentar ..."

Rahayu terkesiap ketika Yuta duduk menghadapnya, menggenggam kedua tangan dengan erat sampai tubuh rasanya menegang tanpa diminta. Renjun dan teman yang lain berseru tertahan, Jeno bahkan harus menahan dan mengingatkan Renjun untuk tak keluar dari persembunyian kalau Rahayu tidak memberi tanda.

"Ayu percaya 'kan sama Kakak?" tanya Yuta memelas sambil mengusap-usap tangan Rahayu dengan lembut. Seharusnya ini terasa biasa saja, Rahayu sudah mengenal Yuta selama lima bulan ke belakang dan ia cukup tahu bahwa semuanya tak seperti yang orang-orang kira. Tapi setelah mendengar kabar bahwa Yuta orang mesum, mau tak mau pikirannya kacau juga. Efeknya membuat Rahayu mengangguk-angguk takut, sebisa mungkin menekankan dalam diri kalau Yuta adalah orang baik yang harus ia maklumi. "Kakak takut, Yu. Takut. Kakak cuma mau ketemu sama dia."

Yuta menunduk dalam, menempatkan kedua tangan Rahayu di wajahnya sambil hampir menangis. Perubahaan mood membuatnya tampak menyedihkan. Berbeda dengan Renjun yang melihatnya seolah Yuta tengah mencium tangan Rahayu dan melakukan aksi mesumnya, apalagi gadis ini tampak ketakutan.

It's All FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang