Renjun merutuk habis-habisan. Sebenarnya dia tidak menyesali semua spontanitas yang terjadi hari ini, entah soal mengklaim Rahayu sebagai kekasihnya atau tak bertindak banyak ketika gadis tersebut pergi meninggalkannya dan mengabaikan pemintaan maaf Renjun yang lebih mirip seperti celotehan.
Tapi tentu saja yang terjadi siang tadi sungguh memalukan.
Kalau dibilang mencintai Rahayu, hah, rasanya lucu. Laki-laki tersebut memang mulai merasa dekat dengannya, tapi bukan berarti tumbuh rasa istimewa. Mungkin lebih ke perasaan simpati—karena kata kasihan terkesan kasar dan tak punya hati. Ia ingin melindungi Rahayu, ingin membantunya melewati masa-masa sulit dan jika mungkin membuatnya tertawa juga tanpa kepalsuan.
Tidak ada yang benar-benar mengerti Rahayu saat ini selain Renjun, oh tidak, dia terlalu sombong kalau berpikir seperti itu. Tapi nyatanya dia jauh lebih baik mengenal Rahayu daripada orang lain, terutama masa lalu yang membuatnya memiliki karakter seperti itu sampai sekarang.
Renjun terganggu, ia mulai tak fokus mendengarkan guru lesnya menjelaskan. Memikirkan Rahayu ternyata cukup menyita perhatiannya yang selalu semangat untuk belajar. Ah, ini enggak baik.
"Oke, nanti kalau ada yang enggak ngerti boleh seperti biasa dikirim dulu soal yang mana lewat WA. Minggu depan kita bahas bareng-bareng," jelas guru les Renjun sambil bersiap pulang. Ia pun bergegas memasukkan alat tulisnya lalu pamitan.
Sebelum pulang, Renjun sempat mengecek ponsel dan menerima informasi dari Jeno kalau katanya Rahayu dipanggil BK sepulang sekolah tadi. Sepertinya Shuhua tak membiarkan gadis itu kabur dari masalah. Jeno tak tahu apa yang terjadi, yang jelas Rahayu keluar dengan wajah yang memerah menahan amarah.
[Haechan]
Emang bisa tahu, Jen?
Hebat, euy!
Dia mah 'kan wajahnya gitu-gitu aja[Jeno]
Justru karena gitu-gitu aja makanya ketahuan
Jaemin lo ada les ya hari ini?
@Jaemin[Jaemin]
Ye
Kalau lo nanyain Rahayu les apa enggak, gue enggak tahu
Kita beda kelas[Jeno]
Emang gue seperhatian itu, apa?
Gue mau nyalin tugas Kimia[Jaemin]
Anjay
Lah, kita beda kelas cuk[Jeno]
Tapi kelas lo kelar duluan, si Renjun belum ngerjain
Gue ada latihan, enggak bakal sempet ngerjain hehe[Haechan]
Latihan mabar Jaem, ngibullll
Renjun memasukkan ponsel dan kembali melangkah. Sesaat ia melihat Jaemin mengiriminya pesan secara personal, tapi karena pikirnya itu tak penting, ia memilih segera pulang untuk beristirahat.
Begitu ia tengah asyik memutar kunci, langkahnya terhenti tanpa diminta saat melihat seseorang yang tadi sempat dibicarakan Jeno. Dia tengah berdiri di dekat tempat les.
Bentar, itu anak ngapain diem di sini? batinnya mendekat dengan yakin. Renjun baru mengurungkan niatnya ketika hampir sampai, dia tidak lupa betapa awkward-nya mereka berpisah di UKS tadi. Dih, enggak usah deh kayaknya.
Namun ternyata pergerakannya membuat Rahayu sadar dan segera menoleh, mereka bertatapan dengan canggung. Renjun jadi ragu apakah dia harus menyapa atau tidak setelah bertukar kontak mata begini.
Hah, ngapain juga gue nyapa dia? batinnya lagi kemudian berbalik menuju parkiran. Tapi langkahnya terhenti ketika Rahayu mengejar dan berdiri di depannya dengan gesit. "Eh! Yu."
KAMU SEDANG MEMBACA
It's All Fine
FanficMenjadi pintar tidak selalu berarti anugerah. Mendapatkan atau bertahan di posisi teratas adalah kompetisi yang cukup mengerikan. Setidaknya itu yang Rahayu-si ranking dua pikirkan ketika bertemu dengan Renjun-si ranking pertama di sekolah.