Renjun mengacak rambut, bayang-bayang di tangga tadi begitu mengacaukan pikirannya. Kecurigaan Renjun semakin menjadi-jadi setelah mendengar pertanyaan Rahayu. Ia berjalan menuju lab Kimia dengan emosi yang campur aduk ketika netranya menangkap siswa kelas dua baru keluar dari sana. Di antaranya adalah Chenle dan Jisung, adik kelas yang ia kenal.
"Eh, ada Abang-Abang!" seru Chenle ceria, mendekati keempat kakak kelasnya sambil menenteng buku paket Kimia. Kedua siswa ini kompak tersenyum sampai matanya spontan menyipit. "Rajin banget nongkrongnya mau ke Lab!"
"Soalnya kita calon professor gitu 'kan, krik," kata Haechan mengunyah permen karetnya dengan sedikit bertenaga di sela-sela candaan. Rupanya dia masih kesal pada Rahayu dan Yeji, perdebatan mereka tadi tak membuahkan hasil yang memuaskan, "Jisung ngapain ngintilin kelas dua?"
"Ada jamkos, terus diajak masuk ke lab hehe. Oh, ya! Gimana soal foto itu? Jisung denger kalian masuk BK pagi ini," kata adik kelas bertubuh jangkung itu.
"Kebetulan!" sahut Renjun ingat sesuatu dan menatap Chenle penuh harap. "Lele mau bantu Renjun, enggak?"
Seolah ada penghubung karena sama-sama berketurunan dari negeri Panda, Chenle langsung mengangguk semangat dan mendekat. Mendengarkan dengan seksama keinginan Renjun supaya Chenle mau membantu menuntaskan kesalahpahaman yang menimpa dia dan ketiga temannya, dia sudah tak sabar menunggu Sehun untuk membantu mereka. Sebagian dari percakapan menggunakan bahasa China karena Chenle kurang fasih berbahasa Indonesia.
Jangan tanya bagaimana yang lain, sudah biasa.
"Tanpa Bang Renjun minta juga udah Chenle selidiki sebenernya," katanya mengusap dagu kemudian tertawa sinis dan penuh ambisi, tatapannya sarat akan rasa antusias, "kenalan Papa Chenle—Kak Winwin lagi menyelidiki soal foto itu. Bilangnya sih siang ini udah bisa ketahuan."
"BAIK BANGET SUMPAH!!" seru Haechan akhirnya mengerti inti obrolan mereka dan merangkul Chenle dengan wajah yang dibuat sok-sok terharu. Rasa kesal pada Rahayu terhatam juga oleh kebaikan Chenle, Jisung yang melihat itu segera meluruskan keadaan dengan memisahkan keduanya.
"Bukan baik sih Bang, dia kemarin cuma lagi gabut—"
"WOWWW!!! AKHIRNYAA!!" Seruan melengking Chenle menjadikan suasana hening setelah kelima orang yang lain kompak tersentak dan menutup telinga, dia membaca dengan teliti pesan yang Winwin kirimkan. Tangannya sontak menutup bibir karena nyaris berteriak lagi, cukup terkejut dengan hasil kegabutannya.
Renjun adalah orang pertama yang diberitahu oleh Chenle, pemuda itu menelan ludah dan menatap ketiga temannya dengan serius.
"Pulang sekolah kita lurusin, besok lanjut lapor ke Bu Irene."
***
Rahayu tengah duduk sendirian di salah satu anak tangga, membaca rentetan rumus di buku paket Fisika dalam keheningan. Menunggu ibunya pulang adalah rutinitas Rahayu sepulang sekolah, meskipun sampai sore seperti sekarang karena jadwal piket yang harus dilaksanakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's All Fine
FanficMenjadi pintar tidak selalu berarti anugerah. Mendapatkan atau bertahan di posisi teratas adalah kompetisi yang cukup mengerikan. Setidaknya itu yang Rahayu-si ranking dua pikirkan ketika bertemu dengan Renjun-si ranking pertama di sekolah.