Sehabis mengobrol dengan Taeyeon, Rahayu kini tengah berjalan menuju ruang tengah setelah selesai mencuci piring. Ia diajak makan malam oleh tuan rumah, meski tanpa ayah Renjun yang memang akan lembur bekerja.
Laki-laki yang baru keluar dari kamar dengan jaket denim itu menghampiri Rahayu sambil mengusap tengkuknya ragu, ia menunjuk pintu sebagai tanda bahwa ia akan mengantarnya pulang. Anggukan pelan menjadi jawaban, lalu Rahayu menghampiri Taeyeon yang ada di ruang tengah.
"Tante, aku pamit dulu. Maaf udah ngerepotin," ucap Rahayu memakai tas dan menyalami wanita di depannya.
"Ehhhh, mau ke mana? Jangan buru-buru," sahut Taeyeon tapi tetap menerima uluran tangan Rahayu. Dia mengambil bingkisan di atas meja dan menyerahkannya dengan senyum lebar, "camilan buat Rahayu. Jangan banyak jajan di luar sayang uangnya, ini kue bikinan Tante. Dimakan, ya!"
Rahayu menatapnya sambil mengulum bibir, sungguhan tak enak. Apalagi yang diberikan adalah makanan buatan Taeyeon asli, sedangkan Rahayu datang tanpa membawa apa-apa. Kalau saja Renjun mengatakan akan membawanya ke rumah, pasti Rahayu akan membeli buah tangan.
Ah, jangankan beli sesuatu. Sebelum itu, mungkin gadis tersebut akan menolaknya dan takkan pernah datang ke sana. Ke rumah Renjun memang bukan sesuatu yang Rahayu sesali, tapi tentu saja bukan hal yang ia inginkan.
"Terima kasih banyak Tante, pasti Rahayu abisin." Rahayu takkan mengingkarinya, kue Taeyeon memang sangat enak. Bahkan kalau boleh jujur, dia bisa memakan camilan selevel itu kalau sengaja pergi ke toko khusus kue.
"Renjun, kasih pinjem Rahayu jaket!"
"Enggak usah Tante, Ayu bawa kok. Nanti dipake," tolak Rahayu menggeleng, "pulang dulu, ya."
"Hati-hati, Nak. Renjun bawa motornya jangan ngebut, kalo jatuh enggak bisa nahannya." Renjun mendengus sambil menyalami Taeyeon, kemudian mereka ke luar. Renjun langsung sibuk memanaskan motor, sementara Rahayu berkutat dengan ponsel.
Wajah gadis itu tampak tenang untuk ukuran anak yang tengah kabur dari masalah, meski Renjun sebenarnya ragu apakah bisa disebut kabur atau tidak. Tapi ia yakin Irene pasti tahu alasan kenapa dia belum pulang bukanlah untuk les atau belajar.
Selagi memakai helm, pandangannya turun ke celana olahraga kebesaran yang Rahayu pakai. Haechan meminjamkannya setelah puas mengomel tentang Jaemin karena sudah menuduhnya mencari keributan, hal itu membuat Renjun berpikir jika ia perhatian pada Rahayu pun takkan jadi masalah. Toh bukan hanya dia yang melakukannya.
"Mau pinjem jaket gue?" tawar Renjun membuat Rahayu spontan melihat jaketnya sendiri. Sebenarnya tidak bisa disebut baju yang mampu menghangatkan tubuhnya, karena itu hanya sweater maroon yang lebih cocok disebut luaran.
"Apa peduli lo?" tanya Rahayu datar.
"Cih, gue nanya malah balik nanya," dengus Renjun sebal. Seketika ia menarik dugaannya bahwa memberikan perhatian pada Rahayu bukanlah sebuah masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's All Fine
Hayran KurguMenjadi pintar tidak selalu berarti anugerah. Mendapatkan atau bertahan di posisi teratas adalah kompetisi yang cukup mengerikan. Setidaknya itu yang Rahayu-si ranking dua pikirkan ketika bertemu dengan Renjun-si ranking pertama di sekolah.