Yeji menjerit. Dia melompat dan memeluk Rahayu sangat erat begitu sahabatnya ini akhirnya pulang dari Perancis, bahkan tak merasa malu karena beberapa orang di sekitar mereka jadi memperhatikan keduanya dengan tatapan terganggu.
Tapi adegan picisan ini memang sudah biasa terjadi, bukan?
Irene dan Suho menyusul sambil tersenyum, mereka mencium kening Rahayu bergantian dan membawakan beberapa barangnya menuju mobil. Selama itu, Yeji tak henti-hentinya mengungkapkan rasa rindu dan bercerita banyak mengingat sudah beberapa bulan terakhir mereka tak bertukar kabar.
Salah satu informasi yang dikatakannya adalah kelas 3-B berencana untuk reuni setelah Yeji memberi tahu kalau Rahayu akan pulang bulan ini, itulah kenapa perempuan tersebut harus ikut. Apapun yang terjadi.
Yeji bahkan repot-repot ke rumah untuk memuntahkan semua ceritanya di Indonesia, termasuk Renjun. Perempuan yang masih sipit ini tentu paling tahu kalau Rahayu belum bisa move on dari si ranking satu.
Ah, apakah sebutan itu masih harus kita singgung?
Renjun bekerja sebagai seorang arsitek, dia yang paling sulit dikabari oleh Yeji karena kesibukannya. Padahal Jaemin, Jeno apalagi Haechan tidak demikian. Mungkin karena dulunya juga tidak sekelas, jadi Renjun tak begitu mengakui keberadaan Yeji sebagai temannya.
Kalau kata Yeji, sih, "Shombong banget, anjir!!"
"Terus?" tanya Rahayu mengulum senyum.
"Gitu, deh! Intinya minggu depan kita ke reuni, ya! Gue udah booking tempat nih, ngomongin Renjun mah entaran aja!" jelasnya merebah dengan senyuman yang lebar. Dia merasa bangga melihat pemandangan yang sudah dibuatnya beberapa hari kemarin, dari pagi hingga malam. "Omong-omong gimana kamarnya? Suka?"
"Suka, tapi rame," jawab Rahayu tersenyum lebar ketika Irene masuk sambil membawakannya minuman dingin serta camilan. Ia berujar terima kasih dan bertanya, "Mama bantuin Yeji dari jam berapa?"
Irene mengedikkan bahu. "Sebenernya Mama yang beresin, kebetulan aja Yeji dateng dan bantuin."
Jadi sebenarnya kamar Rahayu tidak lagi monoton seperti dulu, Irene dan Yeji menatanya sedemikian rupa untuk menyambut kepulangan gadis berusia 23 tahun tersebut. Masih dengan penataan yang sederhana, namun lebih hidup. Terus ada bagian yang paling Rahayu suka dari kamar barunya ini.
Beberapa foto polaroid dari zaman-zaman SMA terpajang di wire grid di depan meja kerja. Waktu PENETRASI, wisuda, dan kegiatan lainnya yang masih Rahayu ingat sampai sekarang. Yeji segaja mencetak dan memajangnya karena dia tahu, tahun itu merupakan waktu yang paling berkesan untuk sahabatnya.
"Jangan nostalgia muluuuuuu, oleh-olehnya mana?" tanya Yeji menyenggol dengan cukup keras, Irene yang sedang membuka koper Rahayu dibuat terkekeh karena perkataannya tadi. Dia senang karena Yeji tetap bersama putrinya selama ini, bahkan lebih daripada itu—karena gadis tersebut tetap bersilaturahmi padanya dan Suho meski Rahayu ada di Perancis.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's All Fine
FanficMenjadi pintar tidak selalu berarti anugerah. Mendapatkan atau bertahan di posisi teratas adalah kompetisi yang cukup mengerikan. Setidaknya itu yang Rahayu-si ranking dua pikirkan ketika bertemu dengan Renjun-si ranking pertama di sekolah.