Author's note:
Santai aja bacanya, pelan-pelan lebih dianjurkan! Happy Reading~!
***
"Gue denger dari anak-anak cewek di kelas nih, heboh banget!" seru Haechan menunjukkan ponselnya ke Jaemin dan Jeno, mereka menunggu parkiran sepi daripada repot-repot memindahkan motor orang lain demi mengeluarkan kendaraan sendiri. Apalagi hari ini terik mataharinya terlalu menyengat.
Kalau Haechan makin hitam bisa repot.
Jaemin melihatnya dengan kerutan di kening, "Apa?"
"Katanya di sekitaran sekolah ini ada cowok aneh yang sukanya ngelihatin siswi-siswi sini, mereka sih bilangnya risi banget terus ada yang nekat fotoin dan disebar supaya banyak yang hati-hati," jelas Haechan memperbesar foto buram seorang lelaki berkameja kotak-kotak putih dan hitam membelakangi kamera.
Jeno mendengus sambil kembali ke posisi semula dan mengaduk minumannya, "Foto lagi."
"Trauma, Jen?" tanya Renjun iseng.
Jeno menghela napas dan berkata, "Sebenernya gue masih kesel sama si Rahayu, tapi ... lihat yang di jalan tikus itu kok agak gimana ya ...?"
Haechan dan Jaemin menoleh ke Jeno setelah selesai melihat berita tadi. Perihal yang dibicarakannya, tentu ini tidak berefek pada Jeno seorang. Ketiga yang lain juga merasakan hal yang sama, banyak pertanyaan yang bersarang di kepala mereka setelahnya.
"Tapi wajar aja, sih," ucap Haechan menyandarkan punggungnya ke bangku kantin, "reaksi alami ibu ke anak pas tahu bikin ulah. Apalagi sampe viral terus melibatkan orang lain—terlebih orang-orang pinter yang enggak ada salah sama dia! "
Jeno mengerutkan kening dengan tatapan aneh, perlu ditekankan lagi kalau yang benar-benar pintar sebenarnya hanya Jaemin dan Renjun. Namun ternyata si laki-laki manis ini tak menyadari reaksinya.
"Reaksinya wajar," kata Jaemin nimbrung setelah menyeruput es teh manis, "tapi suasananya yang enggak wajar."
Renjun melihat Jaemin dan melanjutkan dalam hati, respons Rahayu juga enggak wajar.
"*Heueuh sih, urang baheula lamun dicarékan ku si Ambu gé langsung diteunggeul ieu leungeun jeung suku," jelasnya terkekeh sendiri sambil menunjukkan tangannya seolah bangga, "tapi enggak kapok."
(* Iya sih, gue dulu kalau dimarahin Ibu juga langsung dipukul nih tangan sama kaki)
Renjun menoleh ke parkiran ketika mendengar nama gadis yang mereka bicarakan, samar-samar. Rahayu tengah menenteng buku dari perpustakaan yang posisinya memang dekat dengan jajaran motor para siswa, ia tampak mengobrol dengan Yeji kemudian keduanya putar arah entah ke mana.
"Urang masih pengen dia minta maaf," kata Haechan menatap ke arah yang sama begitu sadar Renjun tak ikut dalam obrolan, ia menghela napas dan menyeruput minuman Jaemin dengan polosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's All Fine
Hayran KurguMenjadi pintar tidak selalu berarti anugerah. Mendapatkan atau bertahan di posisi teratas adalah kompetisi yang cukup mengerikan. Setidaknya itu yang Rahayu-si ranking dua pikirkan ketika bertemu dengan Renjun-si ranking pertama di sekolah.