Rahayu berjalan santai dengan Seulgi sambil basa-basi ringan, mereka memperhatikan tim opening di lapangan sana yang sedang membuat formasi di tengah basahnya lapangan sekolah. Penari modern, penari tradisional, pemusiknya, juga panitia yang ikut partisipasi tampak bercampur dengan seragam yang berbeda-beda.
Hampir semua penghuni sekolah berkumpul di pinggir lapang, bersiap menonton pembukaan seperti apa yang sudah disiapkan tim. Sama sepertinya dan Seulgi, bedanya mereka memilih berdiri di lantai dua dan menonton dengan leluasa.
Begitu alunan musik dimulai, riuh tepuk tangan menjadi sambutan.
Rahayu tersenyum sambil bersidekap di tembok pembatas, baginya yang jarang sekali menghabiskan waktu untuk senang-senang, acara apapun di sekolah mampu menarik rasa antusiasnya. Apalagi PENSI yang diselenggarakan dua tahun sekali di sekolahnya, ini termasuk acara yang paling besar.
"Untuk ukuran anak SMA, pembukaannya keren!" puji Seulgi bertepuk tangan begitu melihat salah satu siswa menyemburkan api dari mulutnya. Orang-orang bersorak, menikmati penampilan dengan senyum yang tercetak di setiap wajah.
Salah satu panitia melewati mereka, Seulgi langsung menghentikannya dan meminta susunan acara yang ia punya. Dia cukup peka bahwa Rahayu mungkin menginginkannya, mengingat gadis tersebut selalu menjadi penikmat.
"Nih, mungkin ada penampilan yang pengen kamu tonton," ucapnya menyerahkan selembar kertas.
"Itu punya panitia, Kak."
"Dia bisa minta lagi entar." Rahayu terkekeh samar, menerima dan membacanya dari atas hingga bawah, kemudian menemukan dua pengisi acara yang Rahayu nantikan penampilannya.
Grup Yeji dan Renjun.
Yeji sekitar pukul satu siang, sementara Renjun mendekati penutupan. Seolah sengaja, panitia menyimpan grup para laki-laki itu di paling akhir karena popularitas setiap member-nya.
"Tapi mungkin kamu harus turun ke bawah buat nonton, Kakak masih ada kerjaan di perpus. Enggak apa-apa?" tanya Seulgi dijawab anggukan oleh Rahayu. "Ya udah. Habis ini mau keliling dulu? Mungkin ada makanan yang pengen kamu beli?"
"Enggak, Kak." Lalu mereka larut kembali memperhatikan penampilan dari tim opening.
***
Berjam-jam menunggu di bazar milik Linlin—dan beberapa teman sekelasnya membuat Rahayu sedikit bersyukur karena ia tak harus menikmati PENSI dari jauh seperti dua tahun kemarin. Seingatnya, gadis itu harus duduk di bawah pohon di depan kantor kepala sekolah. Itupun tidak begitu kelihatan apa yang sedang ditampilkan peserta.
Sebenarnya bazar yang tengah ditempatinya ini bukan murni dari kelasnya, OSIS hanya menawarkan bagi siswa yang ingin berjualan dipersilakan menyewa tempat. Kebetulan saja Linlin dan beberapa teman sekelas Rahayu membuat kelompok, katanya kesempatan ini jangan dibuang soalnya bisa meraup banyak keuntungan.

KAMU SEDANG MEMBACA
It's All Fine
ФанфикMenjadi pintar tidak selalu berarti anugerah. Mendapatkan atau bertahan di posisi teratas adalah kompetisi yang cukup mengerikan. Setidaknya itu yang Rahayu-si ranking dua pikirkan ketika bertemu dengan Renjun-si ranking pertama di sekolah.