Sejak Rahayu mulai membatasi pergaulan dan fokus pada belajar saja, dia sudah menduga bahwa memiliki teman bukanlah ide yang bagus. Baginya, teman itu sosok yang bisa menghambatnya menjadi orang pintar. Meski manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang saling membutuhkan, selagi bisa sendiri, gadis itu pasti akan melakukan semuanya tanpa bantuan orang sekitar.
Hal itu terbukti sebelum dia membiarkan Yeji berada di sisinya.
Berteman dengan gadis sipit tersebut lalu dijauhi seperti sekarang adalah hal yang sangat mengusik. Padahal dulu tak punya teman sebangku pun rasanya baik-baik saja, bahkan lebih nyaman demikian. Tapi hari ini, ketika ia melihat Yeji duduk dengan orang lain membuat perasaan Rahayu berdenyut. Sakit.
Rahayu benci menjadi lemah lagi. Dia kecewa karena lupa bagaimana caranya menjadi seseorang yang tak acuh, seseorang yang tak peduli pada keadaan atau orang di sekitar. Ia tak suka pada kehampaan.
Hati kecilnya berkata untuk membawa Yeji lagi ke sisinya, akan sangat menyenangkan jika mereka tetap berteman hingga lulus SMA. Tapi Rahayu tak tahu bagaimana caranya. Keputusan Yeji untuk pindah tempat duduk sudah membuatnya sadar bahwa Rahayu memang benar-benar mengecewakannya.
"Tugas udah selesai, Yu?" tanya seseorang membuyarkan lamunan. Segera Rahayu berjalan ke kursinya, sementara orang itu ikut duduk di sampingnya sambil menyimpan buku dan tas di atas meja dengan santai. Senyumnya terukir manis. "Tugas Biologi."
"Udah," jawab Rahayu mengeluarkan buku yang dimaksud dan mengecek jam, menunggu bel berbunyi tanpa mau peduli pada orang tadi, "lo ngapain duduk di situ?"
"Pengen ngerasain duduk sama orang pinter, hehehehe."
Rahayu tak menyahut, memilih membuka buku paket dan membaca ulang materi minggu kemarin. Jaemin—yang duduk di sebelahnya tak bicara lagi, ia hanya mengeluarkan ponsel sambil mengecek pesan-pesan dari kenalannya.
Belum lama, kepala Rahayu bergerak ke belakang dari barisan lain dan mendapati Yeji tengah tertawa mendengarkan cerita kumpulan perempuan di sana. Entah kenapa Rahayu merasa Yeji lebih nyaman dengan mereka, mengingat gadis itu tak pernah benar-benar berekspresi ketika bersamanya.
Hah, lagipula apa yang dia harapkan dari gue? Orang cuek yang tahunya cuma belajar, batin Rahayu menggerakkan bola mata ke Jaemin yang entah sejak kapan sudah memperhatikannya.
"Kenapa?" tanya Jaemin tersenyum, membuat Rahayu gelagapan dan kembali ke posisi semula. Jaemin menoleh ke objek yang tadi gadis itu perhatikan, dan ia menemukan Yeji juga tengah menatap ke meja mereka lalu membuang muka ketika Jaemin memergokinya.
Jaemin tahu ikatan pertemanan itu seperti apa, dia juga tahu perempuan itu mahluk yang bagaimana. Tapi jika kedua hal itu digabungkan menjadi satu, sungguh, dia bisa melongo dengan isi pikiran yang kosong. Ada hal baru yang tak bisa dia mengerti darinya.
Kendati demikian, tentu saja timbul rasa di mana ia tak ingin membiarkan Rahayu dan Yeji saling menjauh begitu saja. Dia menjadi saksi kedekatan mereka selama sekolah di SMANCT, tanpa Yeji, bagaimana dengan sisa waktu Rahayu di sekolah?
Akhirnya ia gesit membuka kolom chat antara dirinya dengan Renjun, ingin membicarakan sesuatu.
[Ronjona]
Jaemin
Jun, hari ini Rahayu duduk sama gue
Soalnya Yeji pindah kursiRenjun
Gitu ya
Kemarin mereka tengkar, JaemJaemin
Iya, lo 'kan udah cerita
Mending entar lo baik-baikin si Ayu deh
Entar Yeji biar gue yang ngurus
KAMU SEDANG MEMBACA
It's All Fine
Fiksi PenggemarMenjadi pintar tidak selalu berarti anugerah. Mendapatkan atau bertahan di posisi teratas adalah kompetisi yang cukup mengerikan. Setidaknya itu yang Rahayu-si ranking dua pikirkan ketika bertemu dengan Renjun-si ranking pertama di sekolah.