23. Buku Bahasa Indonesia

150 30 38
                                    

Seperti yang sudah disepakati oleh Renjun dan Rahayu, keduanya kini tengah mengerjakan latihan soal di depan kelas seperti sebelumnya. Bedanya; Haechan, Jaemin, Jeno dan Yeji ikut bergabung.

Sebenarnya yang mereka lakukan hanya nongkrong, ngopi, jajan, mengobrol ini-itu dan berakhir adu mulut. Yah, kita tahu siapa yang biasa ribut di antara mereka.

Satu jam berlalu, Rahayu yang sempat mengistirahatkan mata dan otaknya dibuat tertarik pada pembicaraan Jeno. Topik yang diangkatnya berdasarkan perdebatan antara Haechan dan Yeji, di mana mereka masih belum mau menyerah menerima tantangan siapa di PENSI nanti.

Haechan dengan nyanyi.

Yeji dengan tari.


"Renjun, lo mau ikut enggak sih? Buruan tentuin lagu njir, udah deket ini audisinya," ucap Jeno melirik sebentar sebelum kembali lagi dengan games-nya.

"Kalem aja, lagu apapun gue mampu."

"Ih, kuping urang geli banget dengernya," celetuk Haechan mengorek kuping sambil menunjukkan ekspresi jijik. Renjun tanpa berpikir dua kali langsung melemparkan penghapus di atas meja dan sukses mengenai mata temannya, "woi!! Anjer, RENJUN!"

"Bacot."

"Nyebelin." Renjun menoleh ke sebelahnya dengan bingung, mendapati Rahayu tengah cemberut di sampingnya dan melemparkan tatapan tajam di waktu yang bersamaan. Ada apa gerangan tiba-tiba dia begitu? Padahal Haechan jelas menyindirnya, tapi kenapa Rahayu yang sewot?

Gue enggak tahu dia kenapa tapi lucu sih, batin Renjun setia dengan kebingungannya.

Tak lama kemudian, Yeji menghampiri meja keduanya dan menyimpan penghapus yang baru Renjun sadari bahwa itu milik si ranking dua. Kini ia tahu penyebab Rahayu sebal, karena penghapusnya jadi pelampiasan pertengkaran mereka.

"Eh, sorry."

"Pembantunya sigap!" ucap Haechan penuh penekanan sambil mengambil acang-acang untuk berlindung di belakang Jaemin, sedangkan Yeji langsung mengangkat kepalan tangannya ke udara—tanda bahwa tinjunya bisa melayang kapan saja jika Haechan berani tanpa sembunyi.

"Malah pada berantem, itu jadinya gimana? Lagunya harus didaftarin, enggak usah sombong dulu lo Renjun," ujar Jeno menurunkan ponselnya setelah selesai main, "gue ditanyain mulu sama panitia."

"Siapa panitianya?" tanya Renjun angkuh.

"Si Somi."

"Oh, dia. Entar gue ngomong langsung, sehari sebelum audisi masih bisa masuk." Jaemin mendecak malas mendengarnya, dia tak lupa kalau Renjun ini pernah ikut OSIS dan pastinya kenal beberapa anggotanya. Tapi emang harus banget anjir santai-santai begitu? batinnya.

Baru setelah itu, pandangan Jaemin jatuh ke Rahayu yang tengah menyeruput minuman sambil memperhatikan keempat laki-laki di sana dengan tatapan penasaran. Seketika ia ingat pada video yang Haechan tunjukkan.

Dipikir-pikir, mungkin akan lebih menarik kalau Rahayu ikut PENSI. Rencananya mereka akan mendaftarkan acoustic dengan; Haechan dan Renjun yang menyanyi, Jeno main gitar dan Jaemin main cajon.

Meskipun ia sangat percaya diri bahwa penampilan mereka akan menarik perhatian warga sekolah, tapi bukankah akan lebih keren kalau ada perempuan di tengah para laki-laki itu? Rahayu bisa menjadi pemanis dengan suaranya.

Memikirkan hal tersebut membuat Jaemin langsung tersenyum. "Rahayu."


Seketika semua mata tertuju padanya.

It's All FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang