46. Ujian Nasional

100 24 1
                                    

Keluar dari rumah sakit, matahari sudah tak unjuk diri. Yeji, Renjun dan Haechan memilih tinggal lebih lama sampai Suho datang dan Tiffany menggantikan Irene untuk menjaga Rahayu. Untunglah selama di rumah sakit, Yeji diberi kartu penunggu pasien, jadi lebih tenang walaupun jam besuk sudah habis.

Renjun dan Haechan pengecualian, memang bandel saja mereka.


Sesampainya di tempat parkir dan mengambil motor, Yeji berhenti di depan gerbang dan membuka kaca helm sambil menoleh ke Renjun. Tiba-tiba saja dia bilang, "Laper enggak, Jun? Makan dulu yuk sama gue!"

Haechan mengangguk semangat. "Ayuk!!"

"Enggak mau sama lo ah, Chan. Bau tai." Haechan bisa saja menggetok helm Yeji, tapi sayang posisinya ada di sisi yang jauh. Jadi yang bisa dia lakukan hanya menggeplak motor untuk melampiaskan kekesalan. "Lagian barusan misuh-misuh bayar parkir mahal, mana nyalahin gue karena enggak pinjemin kartu pasien biar agak murah. Gue tebak lo enggak ada duit sekarang, ngaku!"

"Gampang itu mah, pinjem dulu juga bisa," sahutnya menaik-turunkan alis ke arah Renjun, "iya, enggak??"

"Apa, sih?? Orang gue maunya sama Renjun doang!!" seru Yeji menarik jaket Renjun sampai motornya oleng dan pemuda itu nyaris jatuh. "AYok! Mekdi aja dah yang deket!"

"Ya udah." Renjun menyetujuinya sambil melepaskan tangan Yeji sebal, lalu menyalakan motor yang sempat mati. Renjun sempat menoleh ke Haechan, dia menunjuk arah yang berlawanan dari McDonald's dengan kepala. "Pulang aja deh, emak lo nyariin entar."

"Ngambek *aing mah, baé teu diajak gé, da dahar mah bisa di imah!" ketusnya cemberut. "Ngapain juga ngikut orang yang mau selingkuh?!"

(Gue ngambek, enggak apa-apa enggak diajak juga, makan bisa kok di rumah! = agak kasar)

Yeji sengaja turun dari motor dan menarik mulut Haechan kasar selagi matanya melotot, sampai sang empunya berteriak kaget. "Lambe-mu, Chan. Gue ini laku, ya! Emangnya elo?!"


Setelah Renjun melerai karena khawatir semakin malam, akhirnya mereka pergi ke tempat tujuan masing-masing. Tentu saja Yeji dan Renjun turun untuk makan sebentar, lagipula kalau mendengar paksaannya, sepertinya ada yang akan mereka bicarakan.

Tak banyak orang yang makan di sana, hanya beberapa mahasiswa dan murid SMA seperti mereka di lantai bawah. Usai mengedarkan pandangan, Renjun menjatuhkan atensinya pada Yeji yang dari makanan siap pun langsung menyantapnya tanpa membuka suara.

Rasa penasaran semakin besar, Renjun tahu seberapa marahnya perempuan itu semalam, tapi hari ini malah terlihat seolah sudah berbaikan dengannya.


"Jadi gimana?" tanya Renjun setelah berpikir panjang.

"Apanya? Lo enggak makan?" tanya Yeji mengambil kentang goreng milik Renjun dan menyuapnya tanpa rasa malu. "Masih banyak tuh, gue makan tahu rasa, ya."

"Enggak mutu banget basa-basi lo," celetuk Renjun sewot, "cepet mau ngomong apa?"

Yeji menelan sisa makanannya dan minum sebentar, dia menghela napas karena merasakan perutnya cukup kenyang. Akhirnya dia menyandarkan punggung ke kursi, menatap Renjun sambil menompang kaki di bawah meja.

"Lo pergi ke mana tadi,  pas; gue, Jaemin, Jeno dan Haechan balik ke ruangan?" tanya Yeji curiga. Pasalnya, setelah dia mengambil barang dari teman sekelas dan kedua yang lain selesai jajan, Renjun malah keluar dari ruangan Rahayu. Tanpa mengatakan apa-apa.

"Ngobrol sama Bu Irene di luar," jawab Renjun tak ragu. Dia mengecek ponsel sebentar ketika Taeyeon mengiriminya pesan, membalas singkat dan kembali menatap Yeji yang masih menunjukkan ekspresi penasaran. Matanya seolah meminta Renjun menjelaskan rinci kejadiannya, "sebenernya enggak banyak yang gue omongin."

It's All FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang