35. Sebuah Pilihan

152 25 17
                                    

Rahayu berdiri di depan gerbang rumah bersama teman-temannya. Sebenarnya pulang bersama Yeji saja sudah cukup, tapi Renjun berkukuh ingin mengantar. Alhasil yang lain juga ikut.

Sejak turun dari motor, Yeji tak juga melepas genggamannya dari Rahayu. Menyadari siapa yang akan temannya hadapi membuat gadis tersebut sebisa mungkin terus memberikan kekuatan. Renjun bahkan iri melihat kedekatan mereka yang drastis itu.

Rasa iri yang tak penting, ayolah Yeji 'kan perempuan.


"Gue panggil Om Suho, ya?" tawar Yeji.

"Om SuHooOo~ Dikira mau diajak main, Ji?" tanya Haechan heran. "Masuk aja lagian, ketuk pintunya terus pastiin Rahayu sampe ke kamar. Beres."

"Lo enggak tahu apa-apa diem aja, deh!"

"Iya emang urang mah da enggak tahu apa-apa, beda sama kamu yang baru masuk kamar Renjun udah tahu kisah hidup Rahayu dari lahir kayak gimana," jelas Haechan sambil mencebikkan bibirnya meledek, "pret."

Rahayu mengeratkan genggaman tanpa menoleh, dia membuka pagar dan masuk diikuti teman-temannya. Dia sudah tak peduli pada perdebatan tak penting itu, tapi dalam hati masih merutuki rombongan konyol ini.

Begitu membuka pintu, Suho adalah orang pertama yang mereka temui karena dia memang sudah mau pergi ke luar. Tentunya dengan berlebihan pria itu langsung memastikan keadaan putrinya, apalagi wajah Rahayu masih sedikit pucat dan terlihat lemas.

Dia bertanya hanya untuk memastikan, tak lupa berterima kasih pada teman-teman Rahayu yang sudah mau menjaga dan mengantarkannya sampai rumah. Suho sebenarnya semalaman sudah tak tenang, dia sangat cemas akan keadaan putrinya.

"Bu Irene ada, Om?" tanya Yeji basa-basi.

"Ada, masih istirahat soalnya kemarin banyak kerjaan," jawab Suho berbohong. Sepulangnya ia dari kantor, Irene tentu saja menjadi target kebingungan dan kecurigaannya atas kepergiaan Rahayu. Suho tahu ini tak pantas tapi ia sedikit bersyukur karena putrinya tidak ada di rumah, dia tak mau gadis itu menyaksikan mereka adu mulut dan perang dingin semalam.

"Ohh, gitu. Emm ... aku main di sini dulu boleh ya, Om?" tanya Yeji tersenyum lebar guna membujuk.

"Boleh, main aja! Terus ini ... temen-temen kalian juga?" tanya Suho menunjuk para anak laki-laki dengan penasaran. "Om cuma tahu Haechan, yang kemarin ke sini. Rumahnya di blok sebelah, 'kan?"

"Iya, ini téh temen-temen deket saya. Jeno juga rumahnya masih sekitar sini, sodaraan. Kalau dia namanya Jaemin, temen sekelasnya Rahayu. Terus Renjun cemewewargh!" Haechan meringis saat Renjun dengan senyumannya menginjak kaki Haechan sampai yang lain menoleh karena terkejut. Dia rasa Haechan tak perlu bercanda di depan orang asing yang bisa saja langsung percaya omongannya.

"Temen juga, Om," jawab Jaemin menengahi.

Mendengar nama Renjun membuat Suho kembali mengingat aduan Irene soal pergaulan Rahayu, tentunya sebelum ia memarahi sang istri dan mendiaminya. Namun berusaha untuk tak menunjukkan secara kentara rasa penasarannya pada laki-laki itu, Suho langsung mengangguk dan mengantar Rahayu ke kamar.

"Terima kasih udah jagain Rahayu." Renjun mengangguk-angguk, menyenggol Yeji dan berbisik bahwa ia harus menghubunginya kalau ada apa-apa.

"Aku anter dulu temen-temen deh, kamu ke kamar duluan aja," kata Yeji sambil tersenyum sopan pada Suho setelah mendorong pelan Rahayu.


Di dalam kamar, Suho duduk di tepi kasur begitu gadis tersebut memilih merebah di sana. Suho merasa gagal menjadi ayah saat Rahayu menghindari kontak mata. Ia bahkan sampai tak bisa membayangkan apa yang kemarin sore terjadi sebelum pulang kerja, hingga putrinya bersikap begitu.

It's All FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang