19. Price Tag

140 34 37
                                    

Rahayu melihat catatan tugasnya, sebentar lagi ujian praktek akan tiba dan bisa dipastikan waktunya belajar akan semakin padat. Mungkin mulai sekarang dia harus memperhatikan kesehatannya supaya tidak gampang sakit seperti minggu kemarin. Ia ingat betul saat hal serupa terjadi di kelas 3 SMP, Rahayu sampai masuk rumah sakit saking fokusnya mengejar nilai sempurna.

Di pinggir buku catatan, ada selebaran yang ia dapat dari Yeji. Tahun ini PENSI akan kembali hadir memeriahkan sekolahnya, dan Rahayu selalu menjadi salah satu penikmat di antara banyaknya siswa. Audisinya akan dimulai sebentar lagi, Yeji bilang dia akan ikut tampil bersama beberapa temannya dari kelas lain.

Seharusnya kemarin gue enggak minta Tante Taeyeon nyanyi, batinnya memejamkan mata. Lantunan indah yang ia dengar terus mengiang di kepala, setiap kali ingat, Rahayu jadi sering bersenandung. Seolah perasaan sukanya terhadap seni suara kembali menyapa.

Dilipatnya selebaran itu dan ia selipkan di buku tugas, memasukkannya ke dalam tas dan bergegas keluar kelas. Yeji di lorong tengah berdebat, selalu mencari keributan selagi sempat. Terkadang Rahayu heran kenapa Yeji sesangar itu jadi perempuan.

"Ji."

"AYUUUU, GILA!! SI HAECHAN NANTANG GUE DI PENSI!!" Rahayu mendesah, Yeji memang jadi seakrab itu dengan Haechan. Meski yang keduanya lakukan tak jauh-jauh dari adu mulut.

"Nantang apa?" tanya Rahayu datar.

"DIA NANTANGIN GUE NYANYI."

"Lo bukannya mau dance?" Yeji terdiam dengan mulut terbuka lebar, kemudian tangannya menggetok kepala Haechan dan berkacak pinggang.

"APA, SIH?!" teriak Haechan mengusap kepalanya.

"BEGO! YANG SEJALAN DONG! GUE TANTANG LO NARI, GIMANA?!"

"ENGGAK! NYANYI AJA NYANYI!"

"LICIK LO!! ENGGAK FAIR ITU NAMANYA!!"

"LAH, SITU JUGA ENGGAK!!"

"Ji, gue balik."

"—EH, BENTAR!!" Yeji mengambil tasnya dengan cepat dari kelas kemudian ke luar dan menyambar tangan Rahayu untuk ia gandeng menuju parkiran. Gadis itu sempat melemparkan tatapan sinis ke Haechan, lalu mendengus dan memalingkan muka.

Hari ini rencananya mereka akan mendiskusikan ujian praktek Bahasa Inggris, maka dari itu keduanya sepakat pulang bersama.

Sejak kelas tiga, Rahayu sering pulang sendiri atau diantar Yeji karena kesibukannya. Irene membiarkan karena itu semua juga untuk prestasi yang akan diraihnya. Padahal biasanya berangkat-pulang ia akan terus bersama Irene, Yeji saja sampai tak punya peluang untuk mengajaknya main.

Selagi basa-basi, Renjun dan Jeno tampak baru kembali dari kantin. Mereka berpapasan sambil melempar tatapan, namun tidak tercipta sapaan ketika jarak semakin dekat. Yeji dan Jeno sama-sama berbalik keheranan, lalu menatap teman mereka sambil merapat.

"Kalian bukannya pacaran?" tanya Yeji mengingat obrolannya dengan Rahayu semalam ketika menginap. "Eh, ya enggak sih. Itu 'kan cuma celetukan dia doang."

"Hm."

"Tapi kemarin lo pergi ke rumahnya pake status celetukan dia, Yu," lanjut Yeji bersidekap sambil berjalan, rautnya kentara tengah berpikir. Kira-kira sebutan apa yang pantas temannya sandang dengan Renjun, "masa masih temenan, sih?"

"Gue enggak temenan sama dia."

"Iya, saingan." Rahayu mendengus. Ia menunggu Yeji mengeluarkan motornya sambil panas-panasan selagi benaknya bertanya-tanya. Kalau dilihat dari reaksi Renjun ketika mereka berpapasan tadi, sepertinya mereka memang tidak pacaran.

It's All FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang