32. Tipe Pendiam

149 31 33
                                    

Seusai peserta terakhir tampil dan Ten mengambil alih panggung, Rahayu tidak diizinkan oleh Renjun untuk kembali ke kelas. Karena guest star yang panitia undang akan segera memeriahkan acara, dan rugi rasanya kalau mereka tak menikmatinya di tempat yang strategis.

Memang tukang ngatur Renjun ini. Menyebalkan sekali bagi Rahayu.


"Aku enggak mau, Jun."

"Kapan lagi, coba?" tanya Renjun menarik tangan Rahayu yang masih menggeleng di tempatnya. "Ya udah, foto aja gimana?? Daritadi Jaemin ngajak buat kenang-kenangan."

Belum sempat Rahayu menjawab, ketiga teman Renjun datang dan tiba-tiba saja bergabung ke tengah-tengah mereka. Haechan yang paling semangat, ia menyuruh Jaemin cepat mengambil gambar karena acara utamanya akan segera dimulai.

"Bentar, kamera gue belum diatur."

"Ah, lama!" keluh Haechan menagih sesuatu dari Renjun. "Hape mana hape? Yang paling bagus, keluarin!"

"Kok tiba-tiba hape gue??" tanya Renjun sambil tetap mengeluarkan ponselnya. Kemudian ia menyalakan kamera dan mengangkat tinggi-tinggi tangannya untuk mengambil gambar, sejenak melupakan Rahayu yang tadinya mau kabur. Tapi tertahan karena Haechan menariknya ke tengah mereka sambil tersenyum.

 Tapi tertahan karena Haechan menariknya ke tengah mereka sambil tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hayu, difoto dulu," katanya dilanjut adu mulut dengan Jaemin. Ia bilang bisa pakai kamera panitia dulu karena Haechan sudah benar-benar tak sabar untuk menonton di lapangan sana daripada menunggu kamera milik Jaemin.

Dengan terpaksa Rahayu ikut berfoto bersama keempat remaja tampan tadi, memasang ekspresi yang ogah-ogahan ketika yang lain sibuk menebar senyuman. Kebetulan Somi memotret menggunakan kamera yang lain juga—polaroid.

"Kalau yang mau minta file foto nanti ke seksi dokumentasi, ya!" ucapnya menyerahkan selembar foto ke sembarang arah. "Ini siapa yang mau??"

Haechan hendak mengambilnya, namun pergerakkan Renjun sangat cepat dan dengan tampang tak berdosanya menyerahkan foto tadi ke Rahayu dengan senyuman. Jaemin dan Jeno tertawa, merangkul Haechan dan menariknya untuk segera ke lapang.

"Jun! Cepet ke lapang, Jisung nungguin!!" seru Haechan melambai.

"Jadi gimana?" tanya Renjun begitu Rahayu memasukkan foto tadi ke dalam saku roknya yang besar—tentu saja dia berharap tidak akan rusak. "Ke lapang, yuk! Satu lagu deh enggak apa-apa."

"Kenapa sih maksa terus daritadi?" tanya Rahayu. Bukan berarti dia membenci ajakan Renjun, tapi kegigihan laki-laki tersebut membuat gadis itu jengah. Dia sudah jelas menolak, tapi tetap saja dipaksa-paksa.

"Toh nanti yang punya kenangan kamu juga, Yu," sahut Renjun mengetuk-ngetukkan sepatunya tak sabar ke permukaan tanah, "mau??"

Berkat bujukan Renjun yang bilang satu lagu—meski Rahayu tak yakin—gadis itu akhirnya mengangguk juga dan dengan semangat tertarik menuju lapangan. Renjun tidak membawanya ke bagian depan, ke tengah atau ke posisi di mana itu bisa membahayakan diri kalau tak benar-benar ingin terjun ke sana dan siap terdorong-dorong. Dia lebih memilih di samping lapang—masih di kerumunan tapi tidak sepadat di mana Haechan dan teman yang lainnya berada.

It's All FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang