11. Dibilang Heran ...

152 36 24
                                    

"Gaes, jadinya urang beliin si Rahayu apa?" tanya Haechan menggulir aplikasi belanja online sejak sepuluh menit yang lalu. "Jaem, kasih saran! Manéh 'kan pakar cewek!"

"Rahayu enggak bisa ditebak sukanya apa," sahut Jaemin malas, "lagian makasih mah makasih aja. Pake segala beliin barang, dia 'kan enggak ulang tahun. Enggak sakit juga sampai harus lo bawain sesuatu."

"Norak," celetuk Renjun setuju dengan perkataan Jaemin barusan.

Haechan mendengus, sejujurnya dia gengsi berterima kasih pada Rahayu. Biar bagaimanapun dialah yang paling berkoar-koar membencinya semenjak tuduhan foto waktu itu, tapi ternyata Rahayu juga yang membantunya membereskan masalah si Rabu Kotak-Kotak.

Kalau bukan karena Haechin yang menyuruhnya dengan paksaan, Haechan mana mau juga membelikannya sesuatu. Dia dicap tak berguna oleh adiknya sendiri sebagai kakak, maka dari itu ia harus menebusnya dengan membelikan sesuatu sebagai tanda terima kasih dari Haechin.

Tentu saja harus pakai uang Haechan.


"Jun," panggil Jaemin menyenggol sang teman dan menunjuk suatu arah, "Shuhua and the gang tuh!"

"Siap-siap cari alesan deh lo," celetuk Jeno hapal betul dengan perempuan yang gencar sekali mendekati Renjun ini, dia takkan menyerah sebelum sang teman mengeluarkan alasan. Renjun sendiri tak banyak berkata langsung memasang senyum, sekalipun terganggu, dia tak pernah menunjukkan kerisiannya pada gadis bernama Shuhua ini.

"Renjun!"

"Hai," sapa Renjun menaikkan alis sebagai bentuk tanya.

"Ajarin aku Fisika dong sepulang sekolah! Ada materi yang belum ngerti nih," kata Shuhua ceria. Renjun sebenarnya ingin langsung menolak, tapi dia lebih memilih memasang ekspresi sok berpikir dulu sampai teman-temannya malas melihat akting buruknya itu.

Dia bilang, "Hmm ... enggak bisa kayaknya. Aku juga ada yang belum ngerti nih omong-omong soal Fisika, rencananya mau nanya ke guru les aku yang lagi free hari ini."

"Ya udah bareng aja! Kita 'kan satu tempat les!" kata Shuhua bersemangat.

"Tapi beda kelas, loh." Shuhua cemberut, lucu dan manis di waktu yang bersamaan. Sayang sekali keinginannya untuk mendekati Renjun terlalu kentara, jadi semua terasa semu dan aneh untuk sang empunya rasakan. "Lain kali aja, ya!"

"Ya udah, deh."

Begitu Shuhua dan teman-temannya pergi, Haechan langsung tertawa karena kejadian penolakan yang selalu berulang itu entah kenapa tampak lucu baginya. Renjun sendiri sudah sangat kenyang mendengar tawanya, ia takkan protes karena Haechan tetaplah Haechan yang takkan mendengarkan tegurannya.

Belum sempat meledek, netra orang yang paling rame ini tertuju pada seseorang yang baru saja melintasi kantin di mana mereka berada. Segera saja ia berdiri dan berseru, "Rahayu!"

Rahayu menoleh dengan buku di tangannya, seperti biasa dari perpustakaan. Ia memasang ekspresi sinis. Hal apa yang membuat Haechan menyapa Rahayu di saat mereka tidak pernah benar-benar berkenalan? Ia pikir setelah kejadian penangkapan Yuta, mereka akan menjalani kehidupan masing-masing tanpa saling berhubungan.


Dengan senyum lima jari yang sangat lebar, Haechan berdiri tak jauh dari posisi duduknya tadi.

"Shuhua, bentar—itu!" tahan Mia—salah satu teman Shuhua, membalikkan posisinya agar melihat Rahayu dan Haechan. "Waw, jangan bilang ada yang lebih deket dari lo?"

"Sama Haechan? Bodo amat?" tanya Shuhua sewot.

"Tapi dia temennya Renjun, loh!" ucap Mia menunjuk yang dimaksud dengan aura mengompori. "Renjun!!"

It's All FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang