Taeyeon menghela napas berat, masih tak percaya pada apa yang baru saja selesai Renjun ceritakan. Laki-laki itu pasrah, daripada ibunya berpikir macam-macam karena Rahayu datang dalam keadaan yang kacau? Tapi sebelumnya Renjun memang sudah yakin Taeyeon akan memaksanya bercerita.
Sekarang Rahayu tertidur, tadinya hanya menenangkan diri tapi lama-lama terlelap juga di bahu Renjun. Sepertinya terlalu lelah, pun kondisinya sedang tidak baik-baik saja.
"Kok bisa ya dia menyembunyikan hal sebesar itu bertahun-tahun? Kuat banget anaknya," ujar Taeyeon setelah menyesap teh hangat, ia menoleh dan mendapati Renjun malah sibuk dengan ponsel di sebelahnya.
"Bunda jaga rahasia, enggak?" tanyanya.
"Heh! Durhaka kamu ya Bunda lagi ngomong malah main hape," ucap Taeyeon menutupi ponsel Renjun untuk mendapatkan perhatian, "dengerin, dong!"
"Ya lagian masalah utamanya dia sama Yeji, kok yang dibahas malah keluarganya?" tanya Renjun merotasikan bola mata sambil menyingkirkan tangan Taeyeon dan kembali berkutat menghubungi teman-temannya, "Bunda, aku lagi minta tolong Haechan buat ngabarin ayah Rahayu. Bentar lagi katanya mau dijemput."
"Kalau masalah berantem itu ... udah biasa. Bunda juga dulu sering berantem sama temen-temen," jelas Taeyeon mendekat ke Renjun dan berbisik pelan, "terus masa karena persoalan itu dia sampe kayak yang frustrasi?"
"Aku juga curiga, Bun. Tapi kita enggak tahu rasanya jadi orang yang enggak punya banyak temen, bisa aja itu emang bikin dia kepikiran banget," sahut Renjun sama berbisiknya sambil ikut mendekatkan diri.
"Kamu yakin dia enggak ada masalah lain?"
"Kalau aku bilang masalah dia kebanyakan sampai aku aja bingung gimana, Bun?" Taeyeon mendengus sambil mencolek pipi Renjun sebal. "Serius tahu, Bun!"
"Aku boleh nginep di sini sehari, enggak?" tanya Rahayu tiba-tiba di ambang pintu kamar, hal tersebut sontak membuat kedua orang yang tengah duduk di sofa ruang tamu terlonjak dan menoleh ke arahnya. Gadis dengan muka bantal dan wajah pucat itu menunduk pelan melihat reaksi mereka. "Maaf."
Sesaat ruangan hening, kemudian Taeyeon tersadar dan buru-buru berdiri.
"Eh, enggak-enggak. Nginep? Kamu mau nginep?? Boleh! Lagian kamu baru tidur sejam, terus badan juga masih panas. Emang sebaiknya istirahat dulu," kata Taeyeon mengecek suhu tubuh Rahayu dengan khawatir, "enggak apa-apa, tidur aja di sini. Renjun, cepet telepon Haechan dan kasih tahu kalau ayahnya enggak perlu jemput. Rahayu pulangnya besok aja."
"Hah? Nanti kalau Renjun dikira cowok yang enggak bener gimana, Bun?!"
"Sembarangan! Ini rumah Bunda ya, bukan rumah kamu," sahut Taeyeon melotot.
Renjun mendekat sambil menunggu panggilannya dijawab Haechan, katanya, "Ya tapi tetep aja judulnya nginep di rumah Renjun!"
"Ah, lama kamu! Sini hapenya, tak telepon Haechan!" Taeyeon mengambil paksa ponsel Renjun kemudian menjauh untuk menelpon. Renjun mendecak kesal di hadapan Rahayu, dia ikut mengecek suhu gadis itu dengan khawatir.
"Kenapa bangun?"
"Enggak tahu." Renjun membawa Rahayu kembali ke kamar, mendudukkannya di kasur dan menggaruk rambut. Bingung.
"Kamu mau tidur lagi atau makan? Tadi di luar bukannya bilang laper?" tanya Renjun berjongkok di depannya. Pertanyaan itu membuat Rahayu menunduk, rasanya sudah sangat menyusahkan tuan rumah karena tingkah kekanakannya ini. Ia malu dan tak enak.
"Apa aku pulang aja?"
"Katanya nginep," jawab Renjun mengusap tangan Rahayu sambil melihat jam, "lagian Bunda udah ngabarin Haechan, kecuali kalau Papa kamu maksa ke sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
It's All Fine
FanfictionMenjadi pintar tidak selalu berarti anugerah. Mendapatkan atau bertahan di posisi teratas adalah kompetisi yang cukup mengerikan. Setidaknya itu yang Rahayu-si ranking dua pikirkan ketika bertemu dengan Renjun-si ranking pertama di sekolah.