Jam pelajaran keenam yang diisi dengan pelajaran Bahasa Jepang jelas membuat siapa saja yang berada di dalamnya muak sendiri mendengarkan guru yang mengajar di depan kelas. Bahkan bagi Rachel, lebih baik ia belajar aksara Sunda yang jauh lebih mudah dibanding tulisan tidak terbaca yang ditorehkan guru itu di papan tulis.
"Dia ngomong apa sih!?" Erika menggerutu pada akhirnya. Ia sudah berkali-kali membolak-balik kertas putih di hadapannya, tetapi tidak kunjung mendapat jawaban dari segala omongan Sensei Bella di depan sana.
Rachel yang menyangga dagunya dengan telapan tangan kanannya itu menggeleng pelan. Kedua matanya sedang berusaha sekuat mungkin untuk tidak tertutup rapat. Bahkan ia berusaha untuk tidak mengedip, karena sekali kedipan saja, rasa untuk membukanya susah setengah mati.
"Permisi, Sensei."
Suara berat yang seketika memasuki telinga Rachel membuat gadis itu tersadar seketika. Ini sih sama saja mendapat durian enak di bulan Juli, maksudnya beruntung. Sudah siang hari seperti ini mengantuk, eh Tuhan mengirimkan pangeran yang tampannya tiada tara.
"Yeh!" Erika berdesis ketika menyadari raut kantuk Rachel sudah berubah seratus delapan puluh derajat menjadi raut sumringahnya itu. Apa melihat Raja adalah sebuah kebahagian tiada tara bagi Rachel?
"Ngeliat Raja aja lo seger!" decaknya kemudian.
Rachel cengengesan. "Pangeran gue—"
"Udah jadi Raja, kenapa malah turun pangkat!" serobot Erika.
"Beda dong, sayang!" desis Rachel jengkel. Ia kembali melempar tatapannya pada lelaki berseragam berantakan dengan badge namanya yang berwarna emas itu, lalu kembali menyangga dagunya dengan kedua telapak tangannya, dan menatap kagum cowok itu. Ah, semakin hari Raja semakin tampan.
"Raja, Karina nitip salam!"
Seruan yang seketika mendominasi kelas itu berhasil membuat Rachel sadar akan lamunannya dan berdesis sebal. Karina-Karina-dan Karina. Terus saja! Bahkan di saat anak kelasnya tahu tentang perasaannya pada Raja, tetap saja dirinya tidak terlihat di sini.
"Gak usah badmood deh!" Erika lebih dulu memperingati.
"Bodo! Gue udah sebel!" Rachel bangkit dari duduknya, mengantongi benda yang sempat ia taruh di kolong mejanya dan membuat Erika mendesah pelan.
"Sensei, saya izin ke toilet!" Rachel izin dengan nada suntuknya. Persetan Raja mendengar kegalakannya, Rachel sudah malas dengan kelasnya hari ini.
"Rachel!" Sensei Bella kembali menyuarakan namanya. "Pelajaran saya pakai Bahasa Jepang untuk izin!" Wanita itu kembali melanjuti dengan Bahasa Jepangnya itu.
Rachel mendesah. "Sensei ngomong apa aja saya gak tau," balasnya enteng, kemudian berlalu begitu saja. Persetan juga jika nantinya ia tidak diizinkan untuk mengikuti pelajaran Bahasa Jepang lagi, Karina sudah berhasil menghancurkan suasana hatinya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinful (Tamat)
Teen Fiction"Seharusnya gue sadar, suka sama lo itu cuma nambah luka dalam diri gue." Kalimat yang keluar dari bibir Rachel itu adalah kesimpulan akan kehidupannya yang tergila-gila akan sosok Raja Pradipta. Sosok dingin tak tersentuh yang ternyata membawanya...