34. Kembali Bertemu

8.5K 383 0
                                    

Dua bulan Kemudian

Ini kegiatan Rachel. Tepatnya membersihkan area luar taman yang luasnya bukan main dengan beberapa anak kecil yang bermain di sekitarnya. Setiap berada di keadaan ini, ada sebesit rasa rindu yang Rachel temukan. Ia rindu dengan Rael. Apa kabar adik tersayangnya itu? Apa cowok itu juga merindukan sosoknya?

Sudah dua bulan berlalu. Dua bulan yang seolah membantunya untuk keluar dari kehidupan lamanya. Senyumnya lebih banyak tercetak kala kakinya memilih untuk berada di tempat ini. Waktunya terasa begitu menyenangkan kala senyum anak-anak yang berada di dekatnya terlihat jelas mewarnai hari.

Tidak ada lagi kehidupan nakalnya. Bahkan mulutnya bisa bertahan untuk tidak menyesap selinting rokok barang sekali saja.

Kehadirannya di sini, diawali dengan sebuah pengakuan dosa. Ia memberi tahu keadaan sejujur-jujurnya pada penjaga atau bisa dibilang pemilik panti. Tidak ada cacian, malah yang ia dapatkan adalah pelukan hangat dan disusul dengan usapan halus pada punggungnya yang masih terasa jelas sampai detik ini.

Waktunya benar-benar terasa habis dengan berguna di sini.

Ia tidak bersekolah. Tidak ada. Sejak kepergiannya dari Angkasa, sejak itu juga ia memutuskan berhenti. Tidak ada alasan sempurna. Tetapi ia hanya ingin merasa nyaman pada sebuah lingkungan. Membiarkan diri fokus pada satu titik, sebelum kembali belajar menerima lingkungan baru.

Tidak seperti kehidupan lamanya. Di mana ia terus-menerus mengusahakan diri untuk nyaman di berbagai lingkungan dan malah berakhir dengan dirinya yang mengerti akan kerasnya kehidupan. Tidak. Rachel tidak bisa untuk yang satu itu.

"Rachel."

Panggilan pelan yang muncul dari bibir wanita paruh baya yang sudah ia anggap seperti Ibunya sendiri itu berhasil membawa perhatiannya teralih. Ia menaruh sapu halamannya menyandar pada salah satu tiang di sana sebelum dengan pasti melangkah mendekat pada Santi—wanita pemilik Panti Asuhan Sinar Kasih itu.

"Kenapa, Bu?" tanyanya pelan.

Santi melukiskan senyumnya tipis. "Ada yang mau ketemu di bawah."

Rachel menautkan alisnya bingung. Bertemu dengannya?

"Maksudnya?"

Santi menggenggam tangannya pelan. "Ayo, Ibu temenin," ajaknya yakin.

Meski ragu, Rachel tetap mengalah. Di Panti Asuhan yang namanya bertemu itu sudah biasa. Awalnya memang terasa aneh. Tetapi nyatanya, ia mulai terbiasa dengan hal itu. Kata halus yang seolah menandakan bahwa ada seseorang yang ingin mengenalnya. Atau dalam bahasa kasarnya, ada seseorang yang siap mengangkat mereka.

Kalau bagi Rachel, jelas itu terasa aneh. Selama dua bulan ini, mereka yang ingin mengangkat selalu ingin bertemu dengan anak kecil. Bukan seperti dirinya yang sudah remaja seperti ini.

Perlahan langkahnya memelan kata matanya menangkap seseorang yang sangat ia kenal. Dadanya seketika bergumuruh kala perlahan tatapannya bertemu dengan kedua mata lelaki dengan balutan kaos putih polosnya itu.

"Nak Raja...,"

Rachel menelan salivanya susah payah. Napasnya kembali memelan bersamaan sebuah senyum Raja yang tercetak jelas ke arahnya.

"Rachel."

Suara itu. Itu suara Raja. Benar-benar suara Raja. Ini bukan halusinasinya.

"Ibu tinggal ya, Rachel," bisik Santi pelan, sebelum memilih meninggalkannya juga sosok yang sudah lama tidak ia jumpai itu.

Jemarinya seketika bergerak gelisah bersamaan dengan senyuman Raja yang semakin melebar.

"Nga—ngapain?" tanyanya pelan.

Sinful (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang