55. Kenyataan

5.6K 256 5
                                    

Perlahan tapi pasti, Rungga dapat jelas merasakan remasan tak berkekuatan yang Rachel berikan padanya. Napasnya memelan, bersamaan dengan kesadarannya akan tubuh Rachel yang mulai bergetar seolah menahan tangis cewek itu.

Peti yang sudah siap untuk ditanam itu seakan menyiksa hati Rachel. Tanah cokelat yang perlahan menimbun peti berwarna putih cerah itu seakan membangun kembali kesedihan yang sudah berusaha Rachel tahan sejak pagi tadi.

Ini jauh lebih sakit dibanding misa penutupan pagi tadi. Jauh lebih dari itu. Hilangnya peti Farhan seolah kembali menyadarkan Rachel, alamnya dengan Farhan sudah jelas jauh berbeda. Meski mungkin nantinya ia masih bisa melihat Farhan, tetapi kemungkinan tetaplah kemungkinan bukan? Rachel ingin sesuatu yang pasti.

Perlahan tubuh Rungga memutar, memeluknya erat seolah mengizinkan dirinya untuk kembali meluapkan emosinya di sore hari yang berawan ini.

"Nama sebenarnya Rasya. Tetapi aku tidak menyukainya, karena itu pemberian Ibu Rena. Aku dan Rena sepakat untuk memberikan nama putri kecil kami Rachel, nama yang muncul kala pertama kali Rena memberitahukan kehamilannya padaku."

Rachel memejamkan matanya erat. Itu isi dari lembar pertama catatan miliki Farhan yang ia baca malam tadi.

"Rachel bukan kesalahan. Dia ada karena aku dan Rena yang mengingikannya. Dia berlian paling mahal di hidupku. Berlian yang tidak bisa digantikan oleh barang mahal lain dalam kehidupan ini."

Napasnya kembali memburu. Setidaknya ia tahu, ada orang lain yang masih menganggap keberadaannya bukan sebuah kesalahan.

"Aku bukan tidak menghargai Kenanga. Tetapi memang sejak awal, baik aku dan Kenanga, tidak memulai pernikahan ini dengan cinta. Hubungan ini ada karena sebuah perjanjian tertulis Ayah dan Ibu Kenanga, bukan karena aku mencintainya. Karena bagiku, hanya Rena yang bisa mengisi hatiku."

Ia menggigit bibir bagian dalamnya. Pada akhirnya ia tahu kenyataan lain tentang apa yang selama ini mengganggu kehidupan Farhan. Bukan karena semata-mata Farhan yang memang berniat mengkhianati Kenanga. Tetapi karena Farhan sendiri merasa tersiksa dalam hubungan itu.

"Aku yakin, Rena tidak kecewa karena aku mengambil Rachel secara paksa dari tangan Ibunya. Nanti, ketika Rachel berusia tujuh belas tahun. Aku akan mengenalkan dia pada sosokmu, Ren, ibu kandungnya. Aku ingin Rachel tahu, ada Ibu yang lebih bisa menghargai juga menyayanginya dengan tulus."

Tangisnya semakin mengencang bersamaan dengan kenyataan bahwa Farhan tidak memenuhi ucapannya itu. Farhan meninggalkannya begitu saja di usianya yang bahkan belum menginjak umur tujuh belas.

"Aku akan memperkenalkan sosok Rungga yang mungkin kehilangan Rachel dulunya. Aku tidak mengembalikan Rachel pada keluargamu. Tapi aku memberikan padanya kebebasan, untuk memilih siapa yang ingin ia jadikan rumah. Kalau Rachel memilih keluargamu, aku tidak akan marah. Karena itu keputusannya, dan aku menghargainya."

Dengan pasti tangannya kembali memeluk erat tubuh Rungga yang masih setia mendekapnya. Ia tidak ingin kehilangan sisa hidupnya lagi. Ia mau Rungga, yang sudah pasti menyayanginya secara tulus, tetap ada di sini, bersamanya, dan menemani hidupnya yang seolah semakin mati rasa.

"Aku berdoa umurku bisa sampai pada ulang tahun Rachel tujuh belas tahun nantinya. Atau bahkan mungkin lebih dari itu. Aku ingin menjadi seseorang yang menggandeng tangan Rachel kala sosok peneman hidupnya menunggu di Altar."

Tidak. Hal itu sudah tidak mungkin terjadi. Dan Rachel akui, itu kenyataan paling menyakitkan bagi hidupnya.

"Kalau tidak juga. Maka aku akan meminta pada Rungga lewat mimpi. Aku akan memohon pada anak tertua kamu untuk menjadi penjaga Rachel yang baru. Untuk menyayangi Rachel sepenuh hati. Karena aku tahu, anakku tidak akan ada yang bisa menyayangi Rachel sebagaimana Rungga menyayangi Rachel."

Sinful (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang