"Seharusnya gue sadar, suka sama lo itu cuma nambah luka dalam diri gue."
Kalimat yang keluar dari bibir Rachel itu adalah kesimpulan akan kehidupannya yang tergila-gila akan sosok Raja Pradipta. Sosok dingin tak tersentuh yang ternyata membawanya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hitam atau putih?
Katanya hitam itu identik dengan keburukan, sedangkan putih itu identik dengan kebaikan, kelembutan, atau bahkan kesucian. Yang pasti, bagi mereka yang memilih putih adalah mereka yang menyukai ketenangan. Tetapi bagi Raja, hitam adalah ketenangan. Warna gelap jauh lebih berhasil membuat hatinya tenang juga merasa nyaman.
Lelaki yang sedang menduduki salah satu kursi kantin itu tersenyum kecil dengan kedua tangannya yang memegang sepucuk surat berwarna hitam dengan tinta putih di atasnya. Sejauh ini, hanya Karina yang mengerti keinginannya, hanya Karina juga yang mengerti kesukaan juga ketenangannya.
"Karina?"
Suara Bian yang baru saja memasuki telinga Raja membuat lelaki itu cepat-cepat melipat kertas hitam itu kemudian berdeham pelan. Salah tingkah? Anggaplah begitu.
Bian terkekeh pelan. Tebakannya benar. Bahkan tanpa perlu bibir Raja mengeluarkan suara, ia sudah tahu jelas jawabannya. Ia merogoh saku celananya setelah menempati kursi di samping Raja, dan menaruh mangkuk mie ayamnya itu. Tadi Erika sempat menitipkan sesuatu padanya yang katanya titipan dari Rachel untuk Raja.
"Nih!" Ia menyodorkan coklat berbentuk koin sebanyak tiga keping di hadapan Raja.
Raja mengerutkan dahinya bingung. "Apaan?"
"Coklat!" Bian menjawab dengan tatapan tidak mengertinya. Memangnya kurang jelas bentuknya sampai Raja harus bertanya seperti barusan?
Raja mendesah kasar. "Oleh-oleh dari Nyokap lo?" tebaknya kemudian.
Bian menggeleng. "Dari Rache—" Ucapannya terhenti kala dengan kasar Raja menggeser kembali coklat tersebut ke arahnya. "Ambil!" pintanya yang lebih terdengar seperti paksaan.
"Gue gak suka coklat—"
"Bacot banget! Kemarin coklat gue abis lo yang makan, tolol!" Bian gemas sendiri. Apa harus segitunya Raja menolak Rachel?
Raja berdeham. "Mulai hari ini gak suka—"
"Raja!"
Kedua mata laki-laki berambut cokelat legam itu melebar bersamaan dengan kehadiran sosok gadis dengan seragam berantakan juga senyuman lebar yang menghias wajahnya.
"Enak gak cokelatnya!?" Rachel bertanya dengan sumringah.
Raja mengambil coklat itu, menatapnya sebentar, kemudian tersenyum tipis dan berhasil membuat Rachel semakin mengembangkan senyumnya.
"Gitu kek dari tadi!" desis Bian kesal sendiri. Ia kemudian menyuapkan mie ayamnya dan mengunyah pelan.
"Ambil!"
Uhuk uhuk
Kedua mata Bian membulat seketika. Senyum Raja hilang seketika digantikan dengan raut dinginnya itu. Raja baru saja melempar coklat koin itu asal ke lantai kantin.