"Tambah lagi, Hel...,"
Suara ramah Gilang membuat Rachel tersenyum kikuk. Di saat semua piring terisi oleh nasi yang seukuran dua sendok centong nasi, maka piringnya seoranglah yang hanya terisi dengan dua sendok makan nasi. Napsu makannya akhir-akhir ini sedang hilang. Tetapi napsunya untuk merokok malah semakin membara setiap hari.
"Emang gak makan banyak dia." Fani membalas. Wanita itu kemudian kembali menyendokkan daging ke piring Rachel dan tersenyum lebar. "Tapi kalau daging harus banyak makannya!"
Ini sih namanya pemaksaan. Masalahnya, tidak mungkin juga Rachel menolak daging yang bahkan sudah berada di piringnya sebelum ia menolak bukan?
"Jangan dikasih terus Mama, nanti akhir makan dianya gak enak!" perintah Erika. "Mending dagingnya kasih aku aja!" usulnya yang kemudian tersenyum lebar.
"Rakus!" Bian mencibir.
"Lapar," ralat Erika cepat.
"Ben, buka wine-nya," perintah Abas yang menunjuk pada botol berwarna gelap di tengah meja makan itu.
"Rachel jangan dikasih wine ya, Om." Erika kembali bersuara.
"Emang kenapa?" Ben bertanya setelah tangannya menyentuh botol wine.
"Bisa-bisa sebotol abis sama dia," lanjut Bian dengan kekehan.
"Kamu kuat minum, Hel?" Gilang bersuara tidak percaya.
"Mana ada!" Bian membalas. "Itu sebotol bisa habis karena dia kalau udah mabuk, bawel minta terus!"
"Astaga!" Rachel pusing sendiri. "Jangan buka kartu gini dong," keluhnya yang merasa tersudutkan.
"Karina diem aja!" Fani seketika mengalihkan pembicaraan. Ia memperhatikan Karina yang duduk manis di samping Raja dengan balutan dress biru laut yang tampak cocok ditubuhnya.
"Kuliah gimana, Na?" Giselle ikut bersuara. "Jadi ke Jerman?"
Pelan, Karina mengangguk. "Niatnya gitu, Tante."
"Kalau Rachel kuliah di mana?" Erika melebarkan senyumnya. Pada intinya, ia tidak akan membiarkan pembicaraan malam ini tertuju pada Karina. Jadi, walau sedetik saja nama Karina tersebut, ia akan berusaha merubah topik.
"Rachel ada tujuan kah?" Gilang ikut bersuara.
"Dia mana ada tujuan! Otaknya aja mana nyampe buat pelajaran!" Bian membalas tanpa ragu.
"Ya ampun, jahat banget sih kamu!" Cindy—Mama Bian bersuara.
"Eh enggak, Tan. Emang gak ada tujuan," aku Rachel kemudian.
"Emangnya kamu belum tau mau jadi apa?" Abas bersuara pelan.
"Hidupnya sibuk buat yang gak penting," gumam Raja yang berhasil membuat perhatian langsung tertuju padanya.
"Komen lo tuh yang gak penting!" tindas Erika tanpa berpikir.
"Mulai deh," keluh Gilang yang seakan sudah terbiasa dengan kebiasaan dua orang di hadapannya itu.
Rachel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sekarang ia mulai menyesal karena yakin sekali untuk berada di sini tadi.
"Kuliah apa enggak, enggak akan masalah kok. Yang penting Rachel nyaman dengan pilihannya," timpal Fani dengan senyuman juga tanda bahwa peperangan antara Raja dan Erika sudah diakhiri.
"Iya, bener kok! Dulu Tante juga gak kuliah!" Cindy membalas dengan kekehan. "Masih hidup aja sampai sekarang," lanjutnya berusaha mencairkan suasana.
"Yang penting cari yang kaya, Hel," susul Giselle tanpa dosa. Susulan yang berhasil membawa tawa pada penghuni meja makan malam ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/220682711-288-k799305.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinful (Tamat)
Подростковая литература"Seharusnya gue sadar, suka sama lo itu cuma nambah luka dalam diri gue." Kalimat yang keluar dari bibir Rachel itu adalah kesimpulan akan kehidupannya yang tergila-gila akan sosok Raja Pradipta. Sosok dingin tak tersentuh yang ternyata membawanya...