Jemari halus Raja masih setia menelurusi tangan Rachel yang tidak terbalut selimut tebal rumah sakit itu. Tidak ada senyuman yang terlihat jelas di wajahnya, karena nyatanya melihat keadaan Rachel sama sekali tidak bisa membuatnya mengekspresikan diri.
Ia beralih pada jam digital yang berada di atas nakas rumah sakit itu. Sudah jam sebelas malam, dan itu adalah alasan mengapa ruang rawat Rachel sepi malam ini.
Ini hari ketiga Rachel diam saja. Tidak bersuara, tidak bergerak, hanya napasnya saja yang bisa Raja dengar dengan samar.
Kedua matanya perlahan teralih pada perban tebal yang mengitari pergelangan tangan Rachel sebelum kembali memberanikan diri untuk mengarahkan jemarinya menyapu halus perban putih tersebut.
Setiap kali matanya tertuju pada luka itu, setiap kali juga otaknya mengingat kejadian malam itu.
Napasnya memelan dengan hatinya yang seolah terus meminta untuk Rachel kembali sadar dalam waktu dekat yang tak bersuara itu.
Janjinya, ketika Rachel kembali membuka mata, ia akan menerima gadis itu. Menyayanginya dengan setulus hati sebagaimana yang dulu Rachel lakukan padanya. Ia akan melakukan segala hal, untuk membuat Rachel kembali menatap padanya.
Ia sudah kehilangan Rachel sekali, bahkan hampir untuk kedua kali, dan ia tidak mau ada kemungkinan untuk kali kedua itu terjadi. Jantungnya mungkin tidak akan sanggup lagi berdetak kalau kemungkinan itu terjadi.
Perlahan, matanya kembali menatap pada wajah tenang Rachel yang masih terbilang pucat pasi itu. Rindu rasanya untuk menatap sosok Rachel yang suka mengganggu kehidupannya. Rindu dengan Rachel yang seolah tidak mengenal kata menyerah dalam hidupnya.
Ia pikir, Rachel hidup dengan bayang-bayang yang sempurna. Lahir dengan segala kebaikan sampai beranjak dewasa dan memutuskan untuk mencoba kejamnya hidup melalui dirinya yang acuh untuk menatap cewek itu.
Tetapi nyatanya, Raja salah. Cewek itu jauh dari bayang-bayang kesempurnaan hidup.
Raja salah karena memutuskan untuk mengacuhkan keberadaan cewek itu selama ini.
Kapan mau bangun, Hel?
Batinnya kembali menyuarakan pertanyaan yang sama untuk setiap harinya.
Seandainya malam itu telinganya tidak sengaja mendengarkan pembicaran Gilang juga Giselle, ia tidak yakin tubuhnya akan duduk dengan diam juga sabar di sini.
Mungkin, ia masih memuja Karina yang selalu ia anggap spesial dalam hidupnya itu.
Memang secara umur pertemanan, lamanya ia mengenal Karina juga Rachel sangat jauh berbeda. Bahkan ia yakin, ia lebih mengenal Karina dibanding Rachel, begitu juga sebaliknya.
Ia katakan dengan jujur, melihat Rachel saat ini adalah karena kenyataan bahwa sosok yang selama ini menghadiri mimpinya adalah Rachel, bukan Karina.
Ia akui, dirinya cukup egois karena melepas Karina begitu saja di saat cewek itu juga sama-sama menjadi korban dalam keadaan ini. Tetapi ia juga tidak ingin menyakiti Rachel akan kesalahannya selama ini.
Ia ingin Rachel tahu, ia mencintai sosok yang sama. Sosok yang hilang dulu sekali dan baru ia sadari bahwa sosok itu sudah berada di dekatnya sejak lama.
Raja ingin memperbaiki semua kesalahannya pada Rachel, meski harus melepas Karina.
Bukankah hidupnya terlalu egois?
Kalau iya, maaf. Tetapi ia memang tidak memiliki niatan untuk kembali dengan Karina dan kembali melepas Rachel untuk kedua kalinya.
Semakin dipikir akan kesalahannya, semakin juga ia sadar, mungkin hampir lima puluh persen beban hidup Rachel adalah karenanya juga. Bahkan bayang-bayang tentang kejadian Aldrich malam itu saja masih membekas penuh di otaknya. Lalu bagaimana dengan Rachel yang menjadi korbannya sendiri?
![](https://img.wattpad.com/cover/220682711-288-k799305.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinful (Tamat)
Fiksi Remaja"Seharusnya gue sadar, suka sama lo itu cuma nambah luka dalam diri gue." Kalimat yang keluar dari bibir Rachel itu adalah kesimpulan akan kehidupannya yang tergila-gila akan sosok Raja Pradipta. Sosok dingin tak tersentuh yang ternyata membawanya...