Rachel menghela napas frustasi untuk kesekian kalinya. Hasil nilai mingguan sudah ia berikan pada Kenanga kemarin malam dan berakhir dengan gawainya yang lenyap saat itu juga. Kenanga tidak hanya menyitanya, melainkan melempar benda itu dan membuangnya dalam kolam ikan yang berada di rumahnya. Uang jajannya juga kembali dipotong dengan anggapan ia yang selalu fokus pada waktu main bukan belajarnya itu.
Alhasil, di sinilah Rachel berada. Di perpusatakaan dengan tumpukan soal baru sebagai soal remidi yang mulai silih berganti. Hari ini ia mengerjakan tiga remidi sekaligus. Kalau ulangan satu sehari saja nilainya hancur, apa kabar remidi yang seperti ulangan ulang dengan jadwal tiga kali sehari? Yang ada bukannya menambah nilai, tetapi menurunkan nilai juga harga diri Rachel sebagai siswa keempat terbodoh di kelasnya. Bisa-bisa Rachel jadi beranjak menuju peringkat terakhir semester ini.
Soal Kimia yang menjadi ujian remidinya sekarang itu sudah lecek dan tak berbentuk. Karena bukannya mengerjakan, Rachel malah membuat kapal-kapalan, pesawat-pesawatan, bahkan merobek kertas itu untuk dijadikan dompet. Otaknya sama sekali tidak bisa berpikir untuk yang namanya pelajaran. Tetapi coba kalau disuruh memikirkan Raja. Sudah pasti otaknya encer dan sangat semangat membahasnya.
"Cewek!"
Panggilan yang terdengar seperti bisikan usil juga siulan sekali itu membuat Rachel mendelik kesal. Ia mendongak menatap pada si sumber suara yang sudah sangat ia hafal rupa juga suaranya itu. Tetapi belum sempat memaki, perhatiannya teralih ketika wajah tampan Raja tiba-tiba terlihat jelas di kedua matanya itu. Bahkan di saat siang hari yang panas ini, Raja masih bisa terlihat dingin dan sangat menarik di matanya.
"Ngerjain apa lo?" Bian, lelaki yang baru saja memanggilnya seperti menggoda barusan menaruh kedua tangannya di atas meja Rachel dan menyangga tubuhnya di sana. Ia memperhatikan kertas dengan bentuk aneh-aneh yang Rachel buat kemudian membukanya satu persatu.
"Ya Tuhan, Chel ...," Bian takjub sendiri. "Ini soal kimia jadi keren begini lo buat pesawatan!"
Rachel berdesis, kemudian mengambil paksa kertas yang Bian ambil darinya barusan itu. Ada Raja di depan sana. Ia tidak mau malu karena Raja mengetahuinya sedang mengikuti remidi.
"Berapa nilai lo kemarin?" Bian kembali bertanya.
"Diem deh!" Rachel mendelik sebal.
"Kata Karina nila—"
Bian menutup rapat bibirnya rapat ketika Rachel yang berawal sebal itu seketika menghadiahinya tatapan nyalangnya.
"Gak jadi!" Bian mengangkat kedua tangannya di udara, kemudian beranjak ngeri dari meja Rachel.
Ia kembali mendekat pada Raja yang baru saja menyerahkan kertas titipan guru di kelasnya untuk diperbanyak itu.
"Ja...," Bian memanggil pelan. Ia kemudian menyenderkan tubuhnya pada pembatas bagian administrasi perpustakaan Angkasa itu dengan kedua matanya yang masih fokus pada Rachel di ujung sana. "Lo gak ada niatan berbagi ilmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinful (Tamat)
Teen Fiction"Seharusnya gue sadar, suka sama lo itu cuma nambah luka dalam diri gue." Kalimat yang keluar dari bibir Rachel itu adalah kesimpulan akan kehidupannya yang tergila-gila akan sosok Raja Pradipta. Sosok dingin tak tersentuh yang ternyata membawanya...