18. Halusinasi

4.4K 279 0
                                    

Suara tekanan pada keyboard yang seakan memenuhi ruangan kosong itu semakin terdengar jelas. Kedua matanya sedang terfokus pada layar putih yang mulai terpenuhi dengan huruf-huruf berwarna hitam dan membuatnya mulai pusing sendiri untuk mengerti tulisan-tulisan tersebut.

Sadewa, lelaki yang masih setia menjalankan otaknya dalam laporan akhir bulan kelab malam miliknya itu kembali mengambil gelas berisi air mineral miliknya. Di hadapannya, Rungga sedang melakukan hal yang berbeda dengannya. Cowok dengan umur yang sama dengannya itu malah asik memainkan gawai sedang dirinya pusing dengan berbagai macam laporan.

"Lo gak mau cabut?" Ia bertanya tanpa mengalihkan kedua matanya dari laptopnya. Jujur saja, ia merasa terganggu dengan kehadiran Rungga saat ini. Meski kenyataannya, Rungga juga tidak mengajaknya berbicara, tetapi ia merasa tertekan saja jika ada seseorang di hadapannya saat ini.

Dengan pasti Rungga menggeleng. Ia kembali menenggak alkohol hasil pemberian Sadewa dan melanjutkan kembali gerakan ibu jarinya pada layar gawainya.

"Lo tau gak, Dew?" Rungga seketika bersuara rendah.

"Jangan dulu lah! Gue masih mau nyelesaii—"

"Rachel mirip banget sama orang yang gue cari." Rungga menyela. Sejak pertemuannya dengan Rachel malam itu, entah mengapa otak dan hatinya tidak bisa tenang sekali saja. Bahkan urusan kantornya beberapa kali buyar hanya karena pikirannya yang selalu tertuju pada Rachel.

Pelan tapi pasti, Sadewa mulai menghentikan gerakan tangannya itu. Ia kembali mengambil gelas air mineralnya sebelum memperhatikan Rungga dalam diamnya.

"Mirip banget!"

"Maksud lo gimana?" Sadewa berusaha mengerti.

Rungga kembali menulusuri gawainya, mencari sesuatu di sana, sebelum menyodorkan benda itu ke hadapan Sadewa. "Mirip 'kan?" tanyanya meminta persetujuan.

"Mana gue tau? Foto anak umur lima tahun sama semua di mata gue!" Sadewa membalas. "Ini lo dapet darimana?" tanyanya kemudian.

"Yang kanan ada di instagramnya Rachel, yang kiri...," Rungga mengantung kalimatnya dan menghela napasnya pelan. "Ketemu pas kecelakaan Nyokap waktu itu," lanjutnya.

Sadewa berdeham pelan. Ia jelas mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh sahabat karibnya itu. Tetapi yang tidak bisa ia mengerti adalah, tentang dua foto yang baru saja Rungga perlihatkan kepadanya.

"Mirip doang gak sih?" Sadewa berasumsi. "Kata Oma lo juga dia gak ada di Indonesia 'kan?"

Untuk kali ini, Rungga kembali terdiam. Ucapan itu masih terus menghantui pikirannya, tetapi sesaat dirinya menemukan Rachel, kepercayaannya itu benar-benar goyah.

"Masa iya Oma lo bohong—"

"Atau, kita yang dibohongin?"

~~~~

Jemari lentik yang masih setia mengapit benda yang membuatnya merasakan hal buruk itu kembali ia dekatkan ke arah bibirnya. Menghisap benda itu dalam sebelum mengepulkan asapnya ke udara lepas.

Semilir angin ditambah dengan suara-suara burung hantu yang seakan menjadi temannya itu membuatnya merasa nyaman saat ini. Kedua matanya menatap lurus ke depan sana tanpa tahu apa fokusnya. Badannya yang ramping itu bersandar pasti pada salah satu pohon besar yang seakan lebih tua darinya itu.

Tas berukuran sedang yang berada tepat di sampingnya itu jelas memperlihatkan beberapa helai baju yang tidak sempat ia lipat rapi. Kalau ditanya mengapa ia berada di sini, jawabannya hanya satu. Karena hanya tempat ini yang bisa mengerti keadaannya.

Sinful (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang