26. Emosi Bian

4.6K 301 0
                                    

Hujan deras yang semakin membasahi jalanan berliku itu membuat lelaki berusia lima tahun itu mengeratkan genggamannya pada lengan Ibunya. Meski sudah berkali-kali diminta untuk tenang, tetap saja ketakutannya lebih dulu menguasai diri.

"Raja takut ya?" bisikan pelan yang berasal dari sebelahnya itu membuat perhatiannya teralih sebelum mengangguk pelan.

"Aku gak takut!" Gadis cilik itu kembali bersuara. "Pegang tangan aku sini!" Ia membuka telapak tangannya lebar, menyambut tangan Raja yang mulai terasa dingin itu.

"Rasya pegang tangan kakak juga!" Rungga, lelaki berusia 12 tahun itu bersuara sebelum menarik paksa tangan adik kecilnya.

"Kenapa jadi pegangan gini semua?" kekeh Giselle yang duduk di sisi paling kanan.

"Biar kalau jatuh gak kepisah—"

"Ih ngomongnya kok begitu sih!" Rasya mengomel. "Mama aku tuh jago nyetir! Gak mungkin kita gak selamat tau!"

Raja mencebik. "Aku kan takut...," akunya pelan.

Rasya tertawa. "Tante Isell nanti nginep gak?" tanyanya yang seolah berharap.

"Rasya maunya Tante nginep apa gak?"

Rasya mengangguk semangat. "Rasya mau main sama Raja!" katanya antusias.

"Emang Raja mau main sama Rasya?" ledek Rungga dengan kekehan.

"Mau 'kan, Raja?" tanya Rasya was-was.

"Mau dong, Raja 'kan sahabatnya Rasya! Harus mau kalau diajak main bareng ya?" balas Giselle berusaha menarik perhatian Raja yang takut dengan keadaan.

Ragu Raja mengangguk.

"Kak Rungga pacaran itu apa sih?" Rasya seketika kembali mengganti topik.

"Hm...," Rungga berdeham tanda ia berpikir. "Apa Oma?" lemparnya yang tidak bisa membalas.

Giselle tertawa kecil.

"Pacaran itu artinya temenan tapi udah deket bangetttt!" Oma menjelaskan dengan mudah.

"Berarti Rasya sama Raja pacaran dong, Oma?"

Sahutan itu berhasil membawa tawa satu mobil. Sedang dua bocah cilik yang seusia itu hanya melongo tidak tahu bagian mana yang lucu.

"Emang Raja berasa pacaran sama Rasya?" Giselle bertanya.

Kali ini, tanpa ragu Raja mengangguk.

"Aku sama Rasya mau pacaran terus sampe gede! Ya Rasya?"

Rasya menagngguk semangat. "Kita pacaran!"

"Eh! Pacaran cuma untuk anak gede sayang!" Rena yang sedari tadi fokus menyetir akhirnya ikut bersuara.

"Tapi kita udah temenan deket Mama?" Rasya membantah.

"Nanti kalau udah gede baru boleh diganti temenan deketnya jadi pacaran," ralat Rena dengan kekehan.

"RENA AWAS!"

Brak

Tinnnnn

Deg

Kedua matanya seketika terbuka lebar kala mimpi itu kembali hadir tanpa permisi. Dadanya bergerak naik turun dengan peluh keringat yang seketika terlihat jelas di dahinya.

"Sialan," makinya.

Raja—cowok itu memilih bangkit dari tidurnya, menyambar gelas berisi air minera miliknya sebelum melirik pada jam dinding di kamarnya. Masih jam 1 malam, bisa-bisanya ia dihantui dengan mimpi semacam itu.

Sinful (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang