Mentari perlahan memudar dengan bantuan awan tebal yang mulai menghalangi sinarnya itu. Kerumunan mulai terjadi setelah bel sekolah dibunyikan beberapa menit lalu. Langkah pasti Rachel sudah jelas tertuju pada parkiran motor yang pastinya akan siap menyambut kedatangan Raja. Erika sudah meninggalkannya—salah, ia yang meninggalkan Erika karena Raja di kelas tadi, Rachel sampai lupa bagian itu.
Tangannya terkatup di bawah dengan korek api hitam yang masih berada di tangannya itu dari semalam. Rachel sudah mengusili Raja dari istirahat, tetapi ia baru ingin mengembalikan benda lelaki itu sekarang. Tahu kenapa?
"Raja!" Senyum lebarnya mulai ia tampakkan ketika Raja datang dengan seragamnya yang terbuka dan menampilkan kaos hitam laki-laki itu.
Raja tidak menjawab, justru malah mengabaikan Rachel terang-terangan dan mendorong Rachel tanpa sentuhan untuk menyingkir dari dekat motornya itu. Sore ini ada sparing basket dengan sekolah temannya dan janjinya ia akan datang tepat pukul empat sore yang artinya masih sekitar dua puluh menit lagi. Kalau Rachel saja sudah berdiri tepat di samping motornya, bisa-bisa ia telat karena harus menjawab berbagai perkataan tidak mutu gadis itu. Jadi, lebih baik membuat Rachel menyingkir dengan halus bukan? Bahkan ia masih memakai kehalusan di sana.
"Raja, Rachel ikut ya!?" Rachel kembali berucap semangat. "Nanti pulang sendiri deh! Janji!" lanjutnya yang kemudian menunjukkan jari kelingkingnya di hadapan Raja itu.
"Minggir!" desis Raja. Ia mengambil helmnya itu kemudian memakainya cepat. Cepat, karena ia tidak mau berlama-lama berada di dekat Rachel.
"Serius! Pulang sendiri, beneran!" Rachel belum menyerah.
Tetapi Raja tetaplah Raja, ia tentu akan mengabaikan Rachel kalau sudah dianggap mengganggu. Ia memundurkan motor besarnya itu, dan mulai menyalakan mesinnya. Tetapi belum sempat ia memutar gas, motornya itu kembali bergerak tanpa aba-aba, dengan pundaknya yang seketika mendapat tepukan pelan.
Rachel baru saja menaiki motornya tanpa seizinnya.
"Turun!" titah Raja galak.
Rachel menggeleng, kemudian menepuk kedua bahu lelaki itu semangat. "Ayo, berangkat!" serunya.
"Turun!" Raja belum mau mengalah begitu saja. Ia tidak akan membiarkan Rachel menang seperti yang sudah-sudah. Tidak akan.
Bagai tidak mendengar apa-apa, Rachel malah bersiul senang dan mulai memperhatikan sekitarnya dengan senyuman lebar. "Kamu gak malu, Ja? Sekolah makin ramai loh!" godanya dengan senyuman lebar. Ia jelas tahu, Raja itu paling bete kalau sudah jadi bulan-bulanan sekolah hanya karena sifat hiperaktifnya untuk mendekati lelaki itu. Kalau Rachel sih sudah tahan menjadi bulan-bulanan, kalau Raja mana mungkin tahan.
Raja mendesah pelan. "Lo yang minta ya!" putusnya, kemudian menutup kaca helm fullface-nya rapat. Di detik selanjutnya, ia mulai memutar gas motornya. Berawal dari perlahan dan berakhir pada kecepatan yang hampir membuat Rachel terbang kalau tidak buru-buru melingkarkan tangannya pada perut cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinful (Tamat)
Novela Juvenil"Seharusnya gue sadar, suka sama lo itu cuma nambah luka dalam diri gue." Kalimat yang keluar dari bibir Rachel itu adalah kesimpulan akan kehidupannya yang tergila-gila akan sosok Raja Pradipta. Sosok dingin tak tersentuh yang ternyata membawanya...