Langkah tidak pasti Rachel seketika memelan bersama dengan kedua matanya yang menemukan sosok baru di hadapannya. Napasnya yang normal seketika berubah kembali memelan kala tubuh pria paruh baya itu mulai mendekat padanya.
"Rachel...,"
Jemari yang masih bertaut pasti pada tangan Erika seketika menguat. Jantungnya seolah kembali memacu kala kehadiran Farhan mengejutkan dirinya.
Ia memejamkan matanya sementara, sebelum memilih untuk menarik napasnya dalam.
"Papa ngapain?" tanyanya pelan namun terdengar lugas.
Ia kemudian beralih pada Erika, sebelum memilih untuk melepaskan tautan jemarinya, dan menatap Farhan sedikit lebih berani.
"Bicara sebentar ya?"
Jujur saja, melihat keadaan saat ini, ingin hati Erika menarik Rachel untuk berjalan kembali menuju kamar cewek itu dibanding berhadapan dengan Farhan di saat emosi Rachel sendiri sedang tidak stabil.
Tetapi mengingat siapa Farhan, Erika tidak bisa berbuat apa-apa lagi bukan?
Ia beralih pada Raja yang seolah belum mengerti keadaan, sebelum menarik pasti cowok itu untuk kembali keluar dari bangunan besar atas nama Rungga itu.
"Siapa?"
Itu jelas pertanyaan yang akan terlontar bagi siapa pun yang tidak mengenal kehidupan Rachel sejak dulunya. Sama halnya dengan seorang Raja yang baru saja mengenal seorang Rachel lebih dekat dibanding biasanya itu.
Erika berdeham pelan. "Bokapnya Rachel," balasnya khawatir.
Ia tidak menyadari mobil hitam yang terparkir di luar pagar. Karena kalau ia menyadarinya, sudah pasti ia akan menbawa Rachel ke lain tempat dibanding memasuki rumah yang sudah menjadi hak milik cewek itu juga.
Raja mengangguk mengerti. "Gue ngerokok bentar," izinnya yang kemudian melangkahkan kakinya keluar dari rumah Rungga itu.
Ia tahu Farhan. Ia tahu nama itu. Tetapi jangan harap ia pernah melihat wajah pria itu. Karena memang kenyataannya ia sama sekali tidak mengenali wajah Farhan barusan.
Kalau ditanya bagaimana perasaannya saat ini, jawabannya penasaran juga khawatir di saat yang bersaaman.
Wajah Rachel juga kalimat yang terlontar beberapa menit lalu kala Farhan berada di hadapan Rachel, membuatnya merasa sedikit tidak tenang.
Ia mengambil pasti gawainya setelah menyalakan batang rokoknya.
Bang Rungga
Bokapnya Rachel ke rumah.
Lo tau apa gak?
Oma gak ada di rumah juga.Tau.
Dia udah izin.
Biarin Rachel ngomong dulu sama bokapnya.Baiklah. Setidaknya ia tahu Farhan datang dengan izin.
Gue sampai agak maleman.
Temenin Rachel bentar kalau emang dia mau lo temenin ya?Kalau yang itu, tanpa perlu dijawab pun Rungga sudah jelas tahu jawabannya.
~~~~
Hembusan angin sore seakan menyapu halus kulit mulus Rachel yang sedang duduk di pinggir kolam renang itu. Tubuhnya berusaha untuk tetap diam tanpa mengeluarkan berbagai gerakan yang menunjukkan kegelisahannya.
Di sampingnya, tepatnya di kursi santai yang berada di sebelahnya, Farhan terduduk diam dengan kedua mata yang selalu menatap padanya.
Tidak ada suara selain angin yang seolah menggerakan air kolam renang. Rumahnya terlalu tenang sejak kehadiran Farhan di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinful (Tamat)
Teen Fiction"Seharusnya gue sadar, suka sama lo itu cuma nambah luka dalam diri gue." Kalimat yang keluar dari bibir Rachel itu adalah kesimpulan akan kehidupannya yang tergila-gila akan sosok Raja Pradipta. Sosok dingin tak tersentuh yang ternyata membawanya...