Cerahnya langit biru di luar ruangan itu seakan tidak berpengaruh bagi suasana hati Rachel yang sudah lebih dulu merasa hari ini adalah hari termalasnya sepanjang hidup.
Bagaimana tidak?
Raja tanpa kata kembali bersikap semau cowok itu. Tidak ada angin apa-apa, cowok dengan balutan seragam sekolahnya yang masih rapi itu hadir di depan kamarnya hanya untuk mengajaknya berangkat ke sekolah di hari Senin.
Padahal seingat Rachel, ia sudah jelas mengatakan kemalasannya untuk kembali bersekolah pada Raja. Tetapi sepertinya Rachel melupakan kenyataan bahwa Raja memang tidak pernah peduli akan ucapannya.
Maka dari itu, jangan tanyakan mengapa tubuhnya sudah terbalut seragam Angkasa di pagi ini. Karena jawabannya jelas ada pada Raja.
"Sarapan dulu, Rachel."
Suara tenang Oma Ajeng yang kemudian membuatnya beringsut nenuju meja makan itu ia balas dengan gelengan pelan.
"Nanti di sekolah aja," balasnya pelan namun pasti.
Rungga tidak ada. Cowok yang menjadi kakaknya itu sudah berpamitan padanya untuk mengurus bisnis di luar kota sementara waktu. Urusan yang seolah membuat Raja semakin bersikap seenaknya padanya. Ah, ia harap Rungga cepat pulang.
"Tapi beneran makan ya?" Oma kembali bersuara tidak yakin. Wanita tua itu kemudian menoleh pada Raja yang menyantap roti selai buatannya. "Raja nanti ajak makan Rachel ya?"
"Oma...," Rachel mengeluh pelan. Kalau seperti ini bisa-bisa Raja kembali menjulukinya sebagai anak SD yang makan saja masih harus disuruh.
"Iya, Oma," balas Raja yakin.
Senyum Ajeng kembali terukir sempurna. Di matanya, Raja begitu sempurna. Maka dari itu, jangan salahkan dirinya kenapa selalu menerima kehadiran Raja di rumahnya itu.
"Abis upacara langsung pengangkatan ya?"
Raja mengangguk.
"Pengangkatan apa?" Rachel bertanya dengan tatapan herannya pada Raja.
"Ketua OSIS."
Balasan Raja kali ini berhasil membawa mulut Rachel membulat sempurna. Ternyata ini alasan Raja memaksanya untuk sekolah.
Apalagi kalau bukan karena Raja ingin kembali pamer padanya?
~~~~
"Maju, ih!"
Desisan tajam Erika kembali terdengar nyaring kala kakinya malah melangkah mundur. Ia jelas merasa tidak tenang berada di dalam keramaian ini. Meski yakin tidak ada pasang mata yang tertuju padanya selain Erika, tetapi tetap saja, sentuhan yang seolah datang tanpa aba-aba membuatnya takut lebih dulu.
Acara pengangkatan sudah dimulai sejak sepuluh menit lalu. Tepatnya setelah upacara pagi ini berakhir.
"Maju ga—"
"Maju aja sana sendiri!" gerutu Rachel geram sendiri. Ia menatap tajam Erika seolah menyuarakan ketidak-inginannya itu.
Erika berdesis. "Emang bisa ngeliat Raja?"
"Yang penting aman!" susulnya tidak mau kalah. Ia kemudian memperhatikan sekitarnya yang seolah mulai berbondong-bondong untuk mencapai garis depan lapangan. Ah, mungkin dulunya ia bisa berada di sana. Tetapi kali ini? Lebih baik ia mundur saja.
"Gue mau naik ke kelas, ah," keluhnya yang semakin membuat Erika jengkel.
"Mau ngapain di kelas?"
"Mau main HP," balasnya terdengar acuh. Satu yang pasti, ia tidak ingin berada di tempat ini saat ini. Masalah Raja, ia akan meminta maaf nantinya kalau memang Raja merasa tidak dihargai olehnya karena ia lebih memilih berdiam diri di kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinful (Tamat)
Novela Juvenil"Seharusnya gue sadar, suka sama lo itu cuma nambah luka dalam diri gue." Kalimat yang keluar dari bibir Rachel itu adalah kesimpulan akan kehidupannya yang tergila-gila akan sosok Raja Pradipta. Sosok dingin tak tersentuh yang ternyata membawanya...