"Mati gak?"
"Udah beda alam belum?
"Ini tapi kenapa item semua!?"
"Sumpah hidup gue udahan gini aja!?"
"Woi tolol!"
Seruan yang menyiratkan emosi juga kekesalan itu membuat Rachel membuka matanya secara perlahan. Ia rasa jantungnya baru saja berehnti berdetak beberapa detik lalu. Tetapi sepertinya juga, itu hanyalah sebuah perasaan. Karena nyatanya ia masih bisa melihat jelas kumpulan lelaki berjaket hitam yang sedang menatapnya penuh emois.
Sebentar-sebentar... Apa ini artinya ia berhasil menghentikan motor-motor yang mengejar Erika? Wah!
Makasih Tuhan! Makasih Rachel masih dikasih hidup! Ia membatin penuh syukur. Untung saja ulahnya barusan tidak membuahkan dirinya yang akan pindah alam dalam hitungan detik.
"LO GILA!? NGAPAIN LONCAT KE TENGAH JALAN!?"
Rachel meneguk salivanya. Meski tidak bertemu dengan maut sesungguhnya, sepertinya ia tetap dipertemukan dengan yang namanya maut dalam dunia.
Sialan. Kenapa serem-serem banget mukanya! Rachel bergidik ngeri sendiri.
"AAA—ADUH!" Rachel seketika meringis kesakitan.
"Ngapain lagi lo!?"
"Aduh! Kaki gue sakit banget!" Ia menatap ngeri pada para lelaki yang mulai menhela napas masing-masing itu.
Ia tidak berbohong. Sepertinya loncatannya tadi penuh semanat sampai kakinya terasa nyeri pada pergelangan juga lututnya. Ah, ini sialnya karena menerima saja rok mini dari Erika. Sialan Erika!
"Lagian lo tolol! Lo mabok!?"
Mabuk—mabuk!?
Itu ide bagus.
"Lo Mario bukan sih!?" Ia kembali memulai aktingnya. "Lo mantan gue 'kan!?"
Mantan? Apa itu? Rachel tidak tahu kata itu ada di dunianya? Seumur hidup berpacaran juga belum. Bagaimana ia berakting demikian?
"Anjrit! Modelan kayak lo jadi mantan gue!?" Lelaki dengan celana pendeknya yang berwarna krem itu menyahut tidak suka.
"Mario—"
"Bangun gak lo!?"
Astaga. Sepertinya setelah ia lepas dari para lelaki galak dan menyeramkan ini, ia harus meminta bayaran tinggi pada Erika.
Lelaki itu kemudian berjongkok di hadapannya sebelum menampilkan senyum sinisnya. "Lo temennya Racer Kalsik ya?"
Tenang dan pelan. Itu adalah dua kata yang menyiratkan suara lelaki di hadapan Rachel saat ini. Tetapi kenyataannya, ketenangan juga pelan itulah yang berhasil membuat Rachel kembali jntungan. Jangan ketahuan—
"Gue ngeliat lo ngobrol sama Erika sebelum balapan."
"Gue pikir awalnya bukan lo. Tapi makin diperhatiin...," Ia menggantung ucapannya, memberikan raut sinisnya kemudian menyentuh dagu Rachel tanpa ijin.
"It's you—"
"Lepasin tangan lo dari Rachel!"
Suara tenang namun penuh penekanan itu seolah menjadi tanda baru bahwa malam ini akan kembali menjadi panjang karena ulahnya. Rachel menghela napasnya tanpa mengalihkan tatapannya dari lelaki yang mulai menjauhkan tangannya untuk menyentuh dagu Rachel.
"Woah! Raja Pradipta...., is that you?"
Rachel kembali menarik napasnya. Setidaknya ia bisa bernapas lega akibat rencana gilanya barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinful (Tamat)
Fiksi Remaja"Seharusnya gue sadar, suka sama lo itu cuma nambah luka dalam diri gue." Kalimat yang keluar dari bibir Rachel itu adalah kesimpulan akan kehidupannya yang tergila-gila akan sosok Raja Pradipta. Sosok dingin tak tersentuh yang ternyata membawanya...