"Rachel tambah nasi lagi?"
Suara pelan yang keluar dari bibir Oma membuat senyum Rachel terukir sempurna. Ia memberikan cengirannya. "Mau..., Tapi aku gak bisa makan banyak," keluhnya kemudian.
Oma mengerutkan dahinya bingung. "Kenapa? Takut gendut?"
Rachel kembali tertawa kecil. Astaga, kalau diizinkan juga ia ingin merasakan yang namanya gendut. Tetapi sayangnya, perutnya seakan tidak memberi izin untuk hal yang satu itu.
"Emang gitu, Oma. Mau dipaksa juga, gak bakal kuat perutnya!"
Seruan Erika yang terdengar semangat itu membuat Rungga ikut mengukir senyumnya. Ia jelas bersyukur dengan kehadiran Erika di rumahnya setiap malam hanya untuk menemani Rachel makan bersama. Ia memang meminta secara pribadi pada cewek itu yang jelas atas izin Abas juga Fani.
Ia tidak yakin Rachel benar sudah merasa nyaman dengan keadaannya saat ini atau belum. Maka dari itu ia mengingkan Erika turut membantunya dalam menciptakan sebuah rasa nyaman bagi Rachel.
"Erika mau nambah?" tanya Oma dengan sebuah senyuman ramahnya.
"Kalau Erika gak perlu ditanya Oma," susul Rachel cepat. "Gak akan nolak soalnya," lanjutnya tanpa merasa berdosa. Kalau biasanya Erika yang membongkar aibnya, maka biarkan kali ini ia yang membongkar aib Erika.
"Sembarangan aja lo!" cibir Erika tidak terima.
"Emang gak mau, Er?" Rungga ikut penasaran.
"Ya..., Mau...," Erika menjawab dengan cengiran lebarnya. Benar kata Rachel, ia tidak akan menolak dengan yang namanya asupan makanan.
Rungga terkekeh sebelum pada akhirnya kembali memperhatikan Rachel dan berdeham pelan.
"Rachel jadinya udah mutusin buat lanjut sekolah belum?" tanyanya pelan namun pasti. Ia tahu, masalah sekolah adalah masalah sensitif bagi Rachel. Tetapi tidak mungkin juga ia membiarkan Rachel terus berdiam diri dan semakin nyaman akan status sekolahnya yang tertinggal.
"Balik sama gue aja, Hel!" Erika seketika menyahut cepat. "Masa gue ditinggal sendirian di kelas?" keluhnya terdengar sendu.
"Emang Erika gak punya temen lagi?" Oma bertanya penasaran.
Kali ini, Erika kembali melebarkan cengirannya. "Bukan gak punya Oma, tapi lebih tepatnya tidak ada yang memiliki pemikiran sama seperti Erika selain Rachel," balasnya beralasan.
"Bilang aja kalau emang gak ada yang mau temenan sama lo," cibir Rachel tanpa dosa. Ia kemudian terkekeh pelan sebelum berpikir untuk sejenak. Ada sebesit rasa ingin yang muncul kala nama Angkasa hadir di otaknya. Tetapi ada juga rasa takut yang seolah juga membuatnya was-was sendiri.
"Ada gue, ada Bian, ada Bang Anta..., Ada Raja juga..., Emang gak kangen?" Erika kembali membawa penawaran.
Rachel berdesis pelan tanda ia sedang memikirkan kembali ucapan Erika. Semua keadaan akan jelas berubah kala kakinya melangkah kembali ke Angkasa nantinya. Pertanyaannya hanya satu, apa mungkin ia bisa menerima setiap perubahan itu?
Ia menatap ragu pada Oma yang memberi senyuman tipis sebelum beralih pada Rungga. "Coba dulu boleh ya?"
Rungga mengangguk. "Kalau gak nyaman kita daftar home schooling aja," susulnya dengan senyuman. Setidaknya ia harus kembali bersyukur, Erika kembali berhasil menaklukkan seorang Rachel.
~~~~
Sesuai janjinya pada Rachel malam tadi, maka di sinilah Erika berada. Tepatnya menunggu seseorang yang sudah seperti kekasihnya turun dari ruangan privasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinful (Tamat)
Teen Fiction"Seharusnya gue sadar, suka sama lo itu cuma nambah luka dalam diri gue." Kalimat yang keluar dari bibir Rachel itu adalah kesimpulan akan kehidupannya yang tergila-gila akan sosok Raja Pradipta. Sosok dingin tak tersentuh yang ternyata membawanya...