10. Meja Tempur

4.5K 277 1
                                    

Badan yang sudah dikuasai dengan rasa pegal itu akhirnya membuat Rachel berdesis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Badan yang sudah dikuasai dengan rasa pegal itu akhirnya membuat Rachel berdesis. Ah, untung saja rumahnya sudah di depan mata. Ia ingin sekali menidurkan tubuhnya secara tenang dan tentram sebelum esok hari kembali bergulat dengan kenyataan.

Perlu dikatakan lagi, ia beruntung memiliki sahabat seperti Erika. Karena dengan rendah hati dan penuh paksaan, Erika menariknya untuk masuk ke dalam mobil cewek itu dan membiarkan Erika membawanya ke depan rumah dengan selamat.

Jemarinya yang mulai mengerut karena lama bermain dengan air itu akhirnya menyentuh knop pintu dingin yang sudah berada di hadapannya.

"Baru pulang, Rachel?"

Suara serak yang seketika memenuhi ruangan depan rumahnya itu hampir saja membuatnya terperanjat. Ia mendongakkan wajahnya dan menemukan tubuh Farhan yang baru bangkit berdiri dari sofa ruang tamu rumahnya itu.

"Jam berapa ini?"

Tidak ada suara penuh kekesalan atau bahkan amarah yang tersirat. Rachel hanya menemukan nada khawatir yang seakan mendefinisikan perasaan Farhan setelah melihatnya malam ini.

"Kan emang kerjanya malem, Pa." Rachel membalas pelan kemudian menyalami tangan Farhan yang masih menatapnya itu.

Farhan menghela napasnya. "Kamu kerja apa sih?" tanyanya pelan. "Papa masih bisa ngehidupin kamu..., tapi bukan untuk kehidupan kamu yang nakal, Rachel," lanjutnya pelan.

Rachel menarik tali tasnya dan menggenggam benda itu tepat di atas pundaknya sebelum mengekspresikan senyum tidak enaknya itu.

"Mama kasar karena ingin kamu jadi anak yang baik, bukan karena gak bolehin kamu ngerasain hasil kerja Papa." Farhan mengelus pelan bahu Rachel. "Rachel, lihat Papa," pintanya pelan.

Rachel menurut. Kelemahannya sejauh ini hanya satu, yaitu berhadapan dengan seorang Farhan yang selalu menasehatinya dengan lemah-lembut. Farhan yang selalu menganggap kenakalannnya adalah hal biasa yang selalu terjadi pada setiap remaja. Farhan yang selalu memeluknya di saat ia merasa sendiri. Farhan yang selalu berhasil membawa energi positif dalam kehidupannya.

"Berenti ya? Papa udah ngomong sama Mama untuk ngembaliin HP kamu lagi...,"

Tatapan tulus juga penuh harap Farhan berhasil membuat sebuah emosi yang tidak bisa dijelaskan rasanya itu kembali menyeruak dari dalam tubuh Rachel. Emosi yang entah itu berarti sebuah kemarahan atau malah hal sebaliknya.

"Kalau Rachel tetap gak mau berhenti karena mau ngebuktiin bahwa Rachel bisa hidup sendiri ke Mama..., Papa minta Rachel berhenti karena mau ngeliat Papa tenang kerjanya," lanjutnya.

"Semua orang tua kerja untuk keluarganya, Rachel. Kalau kamu aja udah gak mau ngerasain hasil kerja Papa, buat apa Papa kerja lagi?"

Hening. Rachel terdiam seolah sedan mencerna setiap ucapan Farhan barusan. Apa ia akaan mengalah begitu saja? Tetapi Farhan juga memberi pengertiaan yang masuk akal baginya.

Sinful (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang