Setelah melalui empat hari berkerja tanpa henti. belum lagi adanya kesibukkan sekolah yang mengharuskan bangun pagi juga kebutuhan ekstrakurikuler yang harus dihadiri dan berakhir pada tebalnya berbagai buku pelajaran yang harus dimengerti, akhirnya Rachel mendesah pelan juga. Setidaknya ia tetap bangga dengan dirinya, ia bisa melewati kesibukan hari-hari kemarin dengan senyuman lebar meski punggung dan pinggangnya sudah mati rasa karena kelelahan.
Kalau saat seperti ini, Rachel mulai mengerti ucapan Kenanga. Tetapi meski benar, Rachel tidak mau mengakuinya. Ia tahu maksud Kenanga baik. Tetapi ketidakadilan padanya dengan Radika adalah sesuatu yang sampai sekarang belum bisa Rachel toleransi dan berujung pada semua masalah yang terjadi di keluarganya. Ia tidak akan mengibarkan bendera damai pada Radika atau bahkan Kenanga dalam waktu dekat. Ia berusaha mengerti keadaan dulunya, tetapi ketika dua orang itu saja tidak bisa melakukan hal yang sama, kenapa Rachel harus selalu mengerti?
Ia tidak mau melihat sebelah mata kasih sayang Kenanga. Tetapi kalau kenyataannya selama ini memang terjadi ketidakseimbangan kasih sayang, apa Rachel tidak boleh marah dan merasa kecewa? Ia hanya anak SMA yang masih bertumbuh dan berusaha mengerti dunia luar. Tetapi karena kerasnya Kenanga mengajarnya, Rachel sudah lebih tahu kejamnya dunia luar di waktu yang belum tepat.
Seharusnya yang ia lakukan sekarang adalah sedang menyelinap keluar rumah seperti yang sudah-sudah untuk menemani Erika dan bermalam di rumah temannya itu. Tetapi karena minggu lalu ia sudah ketangkap basah oleh Kenanga, maka ia tidak mau melakukan hal itu minggu ini. Belum lagi ada kenyataan lain yang siap menghadang jalannya esok hari, yaitu ulangan Fisika yang pusingnya tujuh keliling. Kalau disuruh menghafal rumus, Rachel tidak masalah. Tetapi kalau sudah diminta memasukkan angka ke dalam rumus, Rachel nyerah.
Ia sudah menyiapkan hati untuk merelakan gawainya yang akan disita Kenanga minggu depan. Pasalnya, ulangan Matematika beberapa hari lalu saja tidak bisa ia lewati. Apalagi dengan ulangan Fisika esok hari.
Ia memutar lehernya yang mulai terasa pegal karena terlalu lama menunduk itu, kemudian menyambar gawainya yang berada di ujung meja belajar itu. Sudah hampir tiga jam berada di meja belajar, hampir sembilan puluh persen waktu itu terbuang pada gawainya, bukan pada kertas berantakan yang berada di hadapannya. Jadi, jangan heran kenapa Rachel bodoh. Selain faktor bawaan, ada faktor malas yang menambah kemungkinan itu.
Raja Pradipta
19.10 Ja. Ajarin fisika dong
19.15 Ja?
19.16 Raja
19.17 sayang
19.18 typo.. serius!read.
Rachel mencebik. Bahkan pesannya dari dua jam lalu diabaikan dengan Raja dengan status sudah dibaca itu. Ia heran, sebenarnya apa yang bisa membuat Raja melirik padanya? Pasti setiap melirik padanya, selalu ada embel-embel nama orang lain di sana, dan yang paling sering adalah nama Karina. Yang Rachel ingin adalah Raja melirik-nya tanpa embel-embel nama orang lain. Melihatnya sebagai Rachel Winata tanpa perlu ucapan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinful (Tamat)
Teen Fiction"Seharusnya gue sadar, suka sama lo itu cuma nambah luka dalam diri gue." Kalimat yang keluar dari bibir Rachel itu adalah kesimpulan akan kehidupannya yang tergila-gila akan sosok Raja Pradipta. Sosok dingin tak tersentuh yang ternyata membawanya...