5. Dunia Malam

6.3K 330 0
                                    

To MAMARachel mau wawancara kerja, pulang malem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To MAMA
Rachel mau wawancara kerja, pulang malem.

Itu pesan Rachel dari dua jam lalu. Pesan yang statusnya sudah terbaca namun tak kunjung mendapat jawaban juga. Ia tidak mengambil pusing apa yang akan Kenanga sampaikan padanya nanti. Ia hanya sedang berusaha menuruti kemauan Kenanga untuk mencari kerja dan mengetahui susahnya mencari uang untuk kesenangan. Kalau sampai Rachel berhasil nantinya, ia akan menyunggingkan senyum lebarnya dan mengatakan keras-keras, ia bisa untuk itu.

Mobil Bian yang sudah terparkir pada salah satu lahan luas yang di bagian depannya terdapat bangunan besar dan lebar itu berhasil membuat kerutan pada kening Rachel. Ia tahu tempat ini, bahkan sangat mengenalnya. Tetapi setahunya dan sepengertiannya, janji Bian padanya kemarin bukanlah mengunjungi tempat ini.

"Turun!" Bian meminta.

"Kok ke sini?"

Bian nyengir. "Lo liat dulu, baru mikir nanti ya. Masalahnya kakak sepupu gue nyuruhnya lo kerja di sini," balasnya dengan nada tidak enak yang diselingi dengan kekehan. "Apa lo udah gak mau?" tebak Bian pada detik selanjutnya.

"Liat dulu aja," putus Rachel kemudian turun dari mobil putih Bian dan mengikuti langkah lelaki itu yang membawanya masuk pada bangunan yang masih tertutup itu.

Suasana pertama yang Rachel dapat ketika kakinya menapak pada lantai berwarna hitam pekat itu adalah keheningan. Biasanya, jika ia berada di tempat ini, keramaian juga tawa keras adalah hal identik yang selalu mendefinisikan suasana di sini. Tetapi kali ini berbeda.

"Bang!" Bian memanggil, ketika Rachel masih asik memperhatikan keadaan di dalam sana.

"Chel...," Gantian Bian memanggil namanya. "Ini Sadewa." Dagu Bian mengedik menunjuk pada lelaki dengan balutan kaos putih serta celana pendek kremnya yang sedang menatapnya dengan senyuman.

Rachel mengangguk pelan dengan senyuman lebarnya, kemudian menyalami tangan Sadewa sebagaimana perkenalan biasa dilakukan.

"Sejujurnya saya sih kurang yakin untuk menaruh kamu di sini. Tetapi tempat ini yang lagi butuh banget pekerjanya." Sadewa memulai dengan raut tidak enaknya itu.

Jujur Rachel juga kurang yakin sebenarnya. Tetapi demi rencananya, maka anggukkan adalah hal yang cukup untuk saat ini.

Sadewa menatapnya penuh tanya. "Kamu yakin gapapa?"

Rachel mengangguk samar.

"Tapi kalau ini udah baik lagi, lo pindahin ya, Bang?" Bian meminta dengan raut khawatirnya.

Sadewa terkekeh, "khawatir banget?"

"Jih!" dengus Bian. "Orang gue takut dihajar Abangnya!" keluhnya kemudian.

Mendengar Bian membawa nama Radika secara anonimus itu, Rachel sontak menginjak kaki Bian. Persetan jika cowok itu sudah melompat-lompat seperti cacing kepanasan. Siapa suruh menyebut Radika di saat seperti ini.

Sinful (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang