17. Ulah Radika

4.5K 307 1
                                    

Seminggu sudah berlalu, dan selama itu juga pergelangan kaki Rachel semakin membaik. Hanya saja Dokter yang menangani lukanya itu berharap ia tidak melakukan pekerjaan berat atau bahkan berolahraga di masa-masa penyembuhan. Dan yang paling utama, ia sangat-sangat diharapkan untuk tidak meloncat keluar dari rumah melalui genteng. Memang Erika menyebalkan, rahasianya pun segala dibocorkan ke Dokter.

Hebatnya, selama seminggu itu juga kerjaan Rachel di sekolahnya adalah merokok, tertidur, dan makan. Sudah. Tidak ada yang namanya mengusili Raja selama seminggu. Raja juga tidak terlihat selama seminggu. Katanya cowok itu sedang sibuk mempersiapkan diri untuk pemilihan ketua OSIS dan membuat Raja sibuk berada di ruangan OSIS sepanjang hari.

Dan seperti biasa, di sinilah Rachel berada. Tepatnya di halaman belakang sekolah saat jam pelajaran Bahasa Jepang menyapa kelasnya. Seumur hidup, ia belum pernah merasakan dirinya menyukai pelajaran tersebut, maka dari itu, ia tidak merasa keberatan sama sekali bila kenyataan Sensei Bella melarangnya mengikuti pelajaran selama satu bulan penuh.

Seharusnya, ia hanya dilarang mengikuti pelajaran satu kali saja. Tetapi berhubung ia tidak mau menulis surat permintaan maaf yang bisa dibilang sebagai pengakuan kesalahan juga, maka Sensei Bella melarangnya selama sebulan penuh.

"Bagi!"

Suara serak yang sudah lama tidak terdengar itu membuat perhatiannya teralih dengan cepat. Hari ini suasana hatinya sedang tidak begitu baik, dan entah mengapa, saat matanya melihat Raja, hal biasa yang selalu terjadi, tidak terjadi hari ini.

Wajah lelah Raja dengan seragam cowok itu yang berantakan seakan menjadi beban baru baginya.

Ia mengeluarkan kotak rokoknya, menyerahkan juga korek apinya tanpa perdebatan seperti biasanya.

"Ngapain?" Rachel basa-basi setelah Raja memilih untuk duduk dengan jarak satu setengah meter di depannya.

"Apanya?" Raja membalas sebelum membakar batang rokok milik Rachel.

"Muka kamu lusuh banget."

Raja tersenyum tipis. "Tebak—"

"Berantem sama Karina." Rachel membalas tanpa ragu.

"Seratus!" Raja tersenyum lebar. Ia menaruh kotak rokok juga korek api milik Rachel di sampingnya dan memilih untuk memperhatikan cewek itu dalam diam.

Untuk kali ini, Rachel memilih diam. Ia sedang malas dengan Raja, ia juga sedang malas membahas Karina. Jadi, sekali-sekali menganggap Raja tidak ada bukan masalah besar bukan?

"Bagus banget lo!"

Suara penuh penekanan yang kemudian disusul dengan melayangnya selinting rokok di jepitan jemari Rachel membuat cewek itu berjengit terkejut.

Radika, cowok yang Rachel yakini tidak akan pernah memasuki area terlarang ini baru saja menganggu ketenangannya.

"Keluarin semuanya!" Radika bersuara serius. "Gue bilangin Nyokap biar duit lo ditaha—"

"Bilang." Rachel membalas emosi. "Panas-panasin sekalian. Gue juga udah males di rumah."

Mendengar suara juga jawaban tanpa rasa bersalah itu, Radika beralih pada Raja yang duduk tenang di tempatnya. Ia menendang asal kaki Raja dan menatap cowok itu emosi.

"Jangan ngajarin Rachel jadi gak bener ya! Jangan mentang-mentang Rachel suka sama lo, lo jadi berhak ngancurin hidup dia—"

"Apaan sih!?" Rachel tidak terima. "Gak usah sok peduli bisa gak—"

"Lo diem kalau masih mau di rumah!" Radika bersuara tajam. "Atau lo mau gue ngungkap semua keburukan lo ke Nyokap!?" Ia seketika bersuara sinis.

Sinful (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang