Sepuluh tahun yang lalu
Suara mesin elektrokardiogram yang seakan masih memenuhi ruangan dengan nuanasa putih itu perlahan membawa helaan napas bagi seorang Giselle.
Setahun, tepat di tanggal ini, kehidupannya seolah berubah drastis. Kejadian yang masih menghantui setiap malamnya itu seakan tidak pernah membuatnya sadar bahwa waktu terus berjalan.
"Sayang...,"
Ia menoleh, menatap pada kehadiran Gilang yang perlahan mulai menyentuh bahunya dan mengusapnya lembut.
"Ke makam Rena sebentar ya?"
Ajakan dengan nada lembut itu membuat napasnya kembali berhembus pelan. Ia beralih, kembali menatap pada tubuh kecil yang sudah berdiam di dalam ranjang sepanjang tahun itu.
"Raja?" Ia bersuara pelan.
"Ben bisa jaga Raja sebentar," balas Gilang lembut. "Rungga juga nunggu kamu di sana," lanjutnya pelan.
Perlahan, anggukan jelas terlihat diberikan oleh Giselle. Meski hatinya berat untuk meninggalkan Raja yang masih tertidur pulas itu, ia tetap harus memberikan peringatan akan kepergian temannya itu bukan?
Satu tahun yang lalu, tepat di mana kecelakaan maut yang membuat nyawa sahabat karibnya hilang itu masih jelas membekas di otaknya. Kecelakaan yang kemudian membuat seorang Rungga harus bertahan hidup karena dua orang tersayangnya hilang begitu saja.
Dan tepat satu tahun itu juga, seorang Raja, anak semata-wayangnya masih menutup rapat kedua matanya sampai detik ini.
"Mama...,"
Panggilan pelan kala kakinya baru saja berniat meninggalkan ruangan itu kembali membuatnya mengurunkan niat. Jantungnya seketika berpacu cepat kala mendengar suara yang sudah lama tak mengudara ke telinganya itu.
Ia berbalik, menatap pada Raja yang menatapnya lemah di sana. Senyumnya seketika terukir lebar bersamaan dengan kedua matanya yang memanasa seketika.
"Hai, anak Mama!" Giselle bersuara antusias. Ia menoleh, memperhatikan Gilang yang juga memberikan senyum lebar lelaki itu.
Tangan Gilang dengan sigap menekan bel yang berada di atas brankar Raja. Sepertinya ia harus membuat perayaan hari ini. Sosok Rajanya telah kembali hari ini.
"Anak Papa tidurnya lama banget ya," keluh Gilang gemas.
Raja tidak banyak bersuara, tetapi matanya tidak kunjung lepas menatap pada Giselle yang mulai menintikkan air matanya itu.
"Mama...,"
"Iya, sayang?"
"Rasya...,"
Satu nama. Hanya satu nama itu, namun berhasil membuat tubuh Giselle kembali menegang tanpa sadar.
Sama halnya dengan Giselle, Gilang cukup dibuat terkejut akan ucapan Raja barusan. Tetapi seakan otaknya tidak ingin berhenti bekerja, ia dengan cepat menyentuh lembut pipi Raja.
"Raja mau ketemu Rasya?" tanyanya pelan.
Samar, Raja mengangguk pelan. "Raja mimpi Rasya pergi," balasnya yang lebih terdengar seperti bisikan itu.
Gilang kembali mengangguk. "Raja sembuh, kita ketemu sama Rasya ya?" tanyanya yang kembali dibalas anggukan pelan Raja.
~~~~
(Present Time)
"Raja..., Rachel mau ini bagus gak?"
Jujur saja, Raja sudah muak sekali berada di dalam pusat perbelanjaan yang sama sekali bukan gayanya. Kalau bukan saja karena seorang Rachel yang memintanya, jangan harap ia bersedia melakukan hal ini. Ia akan jauh lebih memilih tangannya sibuk memegang rokok dibanding tas belanja seperti yang sedang terjadi padanya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinful (Tamat)
Teen Fiction"Seharusnya gue sadar, suka sama lo itu cuma nambah luka dalam diri gue." Kalimat yang keluar dari bibir Rachel itu adalah kesimpulan akan kehidupannya yang tergila-gila akan sosok Raja Pradipta. Sosok dingin tak tersentuh yang ternyata membawanya...