Malam Minggu kali ini harus Raja habiskan dengan mendengarkan ceramahan Gilang yang mulai bosan akan tingkah lakunya. Gilang hampir saja menarik kartu kreditnya karena hampir 70% isi tagihannya adalah hasil dari mainnya setiap malam.
"Mau ditarik mobil atau kartunya?"
"Namanya anak muda pasti minum-minum juga biasa kali—"
"Keseringan minum sama ngerokok juga gak bagus, Raja!" Gilang berdesis jengkel. "Bisa-bisanya tiap malem buka table di tempat Dewa!"
"Kan membantu perekonomian Bang Dewa—"
"Gak usah ngasih alesan ya! Mau Papa ambil dua-duanya!?" Gilang kembali mengeluarkan jurus ancamannya.
"Kasih mobil yang kuning, Raja kurangin main malem—"
"Kurangin!?" Gilang habis pikir. "Itu tagihan kamu kalau ditotalin selama setahun juga kebeli mobilnya Raja!"
"Kenapa sih?"
Akhirnya penyelamat Raja datang.
"Papa gak jelas!" Raja mencibir. "Masa kartu aku mau ditahan!?" adunya jengkel.
"Kamu ngapain?" Giselle—Mamanya—bersuara tenang sebelum memilih untuk duduk di samping Gilang.
"Liat nih! Tagihan anak kamu sebulan!"
Bagi Giselle, melihat banyaknya nama di sana adalah sebuah kebiasaan, begitu pula angka akhir yang selalu tertera di bagian paling bawah kertas. "Masih sanggup 'kan?" Ia bersuara.
"Maksudnya?" Gilang gagal paham.
"Ya dibanding kamu abisin buat hal-hal gak penting, ya mending bayar tagihan anaknya, 'kan?"
"Nah!" Raja kembali semangat.
"Karina apa kabar, Ja?" Giselle seketika mengganti topik. Baginya, angka yang tertulis di atas kertas putih itu masih belum akan menjadi masalah bagi Gilang. Jadi, itu tidak masalah.
Kali ini, Raja memilih mengangkat bahunya acuh. Sudah hampir dua minggu Karina mengabaikannya secara terang-terangan. Bahkan di sekolah pun cewek itu seolah tidak mengenalnya. Tahu apa masalahnya? Hanya karena ia terlalu sibuk dengan persiapan pemilihan ketua OSIS, Karina jadi marah tidak jelas! Untung sayang, kalau tidak, Raja sudah pasti ikut bersikap acuh.
"Berantem lagi?" Giselle menebak.
"Kalau cewek yang ngejar kamu itu...," Gilang terdiam beberapa saat. "Siapa namanya? Papa lupa—"
"Aku juga gak inget." Raja membalas yakin.
Gilang mendengus. "Jual mahal banget dasar anak kamu!"
"Kayak siapa!?" Giselle menjawab.
"Kayak kamu lah!" Gilang menyerobot. Ia kembali beralih pada Raja, menatap cowok yang sudah menyandarkan tubuhnya pad sofa itu kasihan. "Emang status sama Karina apa, Ja?"
Raja menggeleng. "Emang harus pake status?" tanyanya terdengar acuh. "Yang penting 'kan aku perhatian, ada buat dia—"
"Cukup gak buat dia?" timpal Giselle. "Menurut kamu mungkin udah cukup. Tapi kalau menurut dia gak cukup?"
Untuk jawaban yang satu itu, Raja juga tidak tahu. Baginya, selama ia berada di samping Karina semuanya sudah cukup. Untuk apa status?
Tetapi semakin dipikirkan, apa ia memang harus memperjelas status mereka?
~~~~
Seakan tiga hari sudah cukup untuk merubah status Rachel sebagai salah satu keluarga Anandita, maka di sinilah ia saat ini. Menikmati makan malam sebagai anggota baru keluarga Anandita. Untung saja urat malunya sudah putus, jadi ia tidak memiliki tekanan batin untuk bergabung di tengah-tengah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinful (Tamat)
Teen Fiction"Seharusnya gue sadar, suka sama lo itu cuma nambah luka dalam diri gue." Kalimat yang keluar dari bibir Rachel itu adalah kesimpulan akan kehidupannya yang tergila-gila akan sosok Raja Pradipta. Sosok dingin tak tersentuh yang ternyata membawanya...