59. Waktu yang Takkan Berhenti

6.8K 245 4
                                    

Canda tawa yang seolah sudah terbiasa menghiasi meja kantin di bagian paling ujung saat jam istirahat seperti ini perlahan mereda bersamaan dengan sosok perempuan dengan kulit berwarna kuning langsat yang hadir di sana. Beberapa pasang mata jelas mendominasi untuk menatap pada cewek dengan rambutnya yang terikat tinggi juga wajah yang terlihat begitu menggemaskan.

"Kak Raja...,"

Kalau sudah nama itu yang dipanggil, maka sahut-sahutan malas jelas bisa terdengar. Hidup yang selalu berada di sisi pemegang tertinggi Angkasa itu seakan sudah menjadi kebiasaan sampai mengerti jika panggilan itu sudah mengudara.

"Rachel inget, Ja!"

Ledekkan yang berasal dari anak kelas dua belas itu seketika membawa tawa kembali terdengar nyaring dan berhasil membawa sebuah gurat malu pada cewek yang masih setia menatap pada pemeran utama siang ini.

Perlahan, Raja, si pemeran utama itu beralih dari gawainya. Ia menatap pada uluran tangan yang menggenggam sebatang cokelat tebal di sana, sebelum membiarkan kedua matanya beralih pada cewek yang masih setia berada di hadapannya dengan sebuah senyum malu.

Ini bukan kali pertama baginya. Ia sudah terbiasa akan banyak pemberian yang seakan tidak pernah habis menghantuinya.

Keadaan yang seolah kembali mengingatkannya pada kebiasaan Rachel dulunya.

Perlahan senyumnya terukir tipis, sebelum tangannya terulur pasti untuk menerima uluran cokelat tersebut.

"Buat gue?" tanyanya.

Pasti, cewek yang ia yakini sebagai adik kelasnya itu mengangguk pasti.

"Makasih," susulnya kemudian.

Bagi Anggota Khusus, ini jelas pemandangan yang sangat tidak mungkin terjadi. Bahkan Bian yang duduk berhadapan dengan Raja saja sempat terkejut akan sebuah balasan lembut seorang Raja.

"Lo gak sakit, Ja?" Zaffran bertanya heran setelah sosok adik kelas itu menghilang dari hadapannya.

Raja menggeleng yakin. Ia menaruh gawainya di atas meja kantin, kemudian memfokuskan diri untuk membuka pembungkus cokelat yang berada di tangannya itu.

"Rachel mau lo ke manain lagi, anjrit?" Noel heboh.

Raja berdesis. Memang apa salahnya untuk membuka bungkusan cokelat yang memang terulur padanya?

"Dulu punya Rachel aja dilempar, anjing!" Bian berdecak seraya memperhatikan tangan Raja yang masih setia membuka pasti bungkusan itu.

Untuk sesaat, Bian kembali dibuat terkejut oleh Raja yang tanpa kata memotek sebagian kecil cokelat tersebut dan memakannya.

"Sakit lo, Ja!?" Zaffran kembali menyahut yakin. "Mana ada lo bisa makan cokelat yang dikasih cewek lain!"

Raja tidak mengambil pusing semua ucapan itu. Tetapi di detik selanjutnya, ia mengulurkan sisa batang cokelat itu ke hadapan Zaffran yang tepat berada di sampingnya.

"Ngapain?" Zaffran bingung.

"Makan lah?" Raja menyahut jengkel. "Masa gue suruh bungkus ulang!?"

Noel tertawa hambar. Ini benar-benar pemandangan langka. "Lo beneran Raja, 'kan?" Ia bersuara tidak yakin.

Raja berdesis. Perlu diakui, apa yang baru saja dilakukan olehnya adalah sebuah bentuk rasa penyesalannya.

Dulunya, ia selalu menolak segala sesuatu pemberian Rachel. Tetapi di akhir ceritanya, ia mengalami penyesalan yang tak bisa terucap. Maka jangan salahkan dirinya yang sedang berusaha merubah kebiasaannya untuk mengurangi setiap penyesalannya di masa depan nanti.

Sinful (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang