Suara antusias yang tidak kunjung habis mengudara di luasnya bangunan itu berhasil membuat Rachel mengulum senyumnya tipis. Hari ini, keluarga Anandita dengan baik hati mengajaknya untuk ikut dalam acara tahunan mereka. Acara yang sebenarnya sudah sering Erika bawa kepadanya, namun berulang kali juga ia tolak karena malu berada di hadapan keluarga cewek itu.
Tetapi berhubung keadaan sudah berbeda, dan hampir semua keluarga Anandita sudah mengenalnya, juga karena dorongan Rungga, maka di sinilah Rachel. Tepatnya berada di dalam bandara dengan jadwal penerbangan yang masih dua jam lagi dari sekarang.
Ia tidak benar-benar sendiri, karena nyatanya Rungga juga ikut bergabung dalam acara tahunan keluarga Anandita itu. Meski kata Rungga, cowok itu ikut karena kehadirannya, bisa ia bilang itu sebuah kebohongan. Karena nyatanya, sejak kali pertama mobil mewah Rungga terparkir di rute kedatangan, cowok itu sama sekali tidak berada di sisinya. Parahnya, Rungga selalu menempel dengan Erika. Bukankah itu sudah menjelaskan sekali keadaannya?
"Sarapan dulu." Raja bersuara dengan sebuah bungkus roti yang terulur pasti di hadapannya. Ia mengerucutkan bibirnya. Ingin rasa hati menolak, tetapi melihat tatapan dingin Raja yang seolah memaksanya untuk mengambil benda itu, maka ia mengalah.
Matanya kembali ia edarkan, mencari sosok baru lagi yang mungkin ikut hadir. Perlahan kedua matanya melebar bersamaan dengan sosok yang sangat ia kenal baru saja turun dari mobil mewah berwarna putih.
"Karina ikut!?"
Seakan langsung mengerti akan ucapannya, Raja segera mengikuti arah pandangnya. Kerutan jelas terlihat pada kening cowok itu. Namun kala Bian lebih dulu menghampiri Karina, Raja mengerti.
"Kok lo gak bilang dia ikut!?" susulan yang bernada galak itu membuatnya berdesis tidak terima.
"Gue juga gak tau!" Ia menyahut pasti. "Bian kali yang ngajak! Harusnya lo marah ke Bian!" lanjutnya tidak mau disalahkan.
Ia kemudian beralih pada Giselle yang seolah siap meninggalkan koper wanita itu dan menghampiri kedatangan Karina.
"Mama ngajak Karina?" Raja bertanya.
Kala Giselle mengangguk, Raja kembali menatap pada Rachel. "Gue beneran gak tau," katanya.
Rachel tidak lagi membalas. Karena memang apa ada gunanya jika ia membalas? Karena nyatanya Karina juga sudah hadir di sana, dan ia juga tidak mungkin berinisiatif untuk kembali ke rumah bukan? Bisa-bisa ia di blacklist oleh Giselle untuk acara selanjutnya.
"Karina lo yang undang, Ja—"
"Bukan, astaga!" Raja menjawab jengkel akan pertanyaan yang baru saja Erika lemparkan itu.
Erika mencebik. "Orang nanya doang," keluhnya. Ia kemudian melirik pada Rachel. "Cowok lo sensi banget sih!"
Rachel mengangguk setuju. "Emang!"
Sudah. Tidak ada balasan. Tidak ada juga tatapan tidak suka yang Raja berikan padanya. Padahal ia masih mengingat jelas Raja selalu menghina atau bahkan mengomelinya karena berani melabeli Raja sebagai miliknya.
Ke mana Raja yang seperti itu?
Ia kembali memperhatikan Raja dalam diamnya, sebelum menundukkan kepalanya untuk memperhatikan penampilan sepatu hasil pilihannya.
Tetapi seakan mendapat sesuatu hal yang tidak asing, jantungnya kembali berdebar. Senyumnya perlahan melebar bersaaman dengan kedua matanya yang menatap pada sneaker hitam yang sedang dikenakan oleh Raja.
Cowok itu mengenakan pemberiannya.
Iya, Raja mengenakan sepatu hasil pilihannya waktu itu.
~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinful (Tamat)
Ficção Adolescente"Seharusnya gue sadar, suka sama lo itu cuma nambah luka dalam diri gue." Kalimat yang keluar dari bibir Rachel itu adalah kesimpulan akan kehidupannya yang tergila-gila akan sosok Raja Pradipta. Sosok dingin tak tersentuh yang ternyata membawanya...