chapter 9

47.1K 3.2K 115
                                    

Hari ini bagi nesya adalah hari yang sangat melelahkan. Setelah turun dari mobil, nesya segera measuk ke dalam rumah dan tak lupa mengucapkan salam.

"Assalamualaikum" ucap nesya pelan

"Waalaikum salam, nesya udah pulang nak"

DEG

Suara ini..batin nesya

Seketika nesya mendongak dan matanya menatap seorang wanita paruh baya yang menggunakan dress warna biru laut.

"Bunda" ucapnya pelan. Arnesa fitriana, wanita yang yang bekerja sebagai seorang desainer terkenal di seluruh dunia. Ibunda dari seorang nesya. Karena tuntutan dari pekerjaannya membuat arnesa meninggalkan putrinya dirumah dengan seorang pengasuh.

Nesya yang terkejut langsung mengubah wajahnya menjadi datar dan berjalan untuk segera memasuki kamarnya. Saat hendak naik tangga ia mendengar sebuah panggilan.

"Nesya" panggil seorang pria paruh baya yang datang dari ruang makan. Pria tersebut adalah ayahnya yang bernama Arya wiguna. Bekerja menjadi seorang pengusaha dan memiliki cabang dimana-mana. Nesya yang hendak naik ke atas langsung membalikan badannya.

"Apa?" Tanya nesya

"Kamu baru pulang nak?" Tanya sang bunda

"Seperti yang anda lihat" jawab nesya dingin

"NESYA,ayah tidak mengajarkan kamu tidak sopan seperti itu" geram sang ayah

"memang anda tidak pernah mengajarkan saya. Anda kan sibuk dengan perusahaan anda yang tercecer dimana-mana" ucap nesya dengan wajah datar dan dingin.

"NESYA" bentak sang ayah

"Apa?" Tanya nesya

"Kenapa kamu menjadi seperti ini nesya" ucap sang ayah dengan wajah frustasinya. Ia bingung bagaimana harus menghadapi putri satu-satunya itu.

" Maybe it's because you are always busy with your work" setelah nesya mengatakan hal itu, ia segera pergi ke kamarnya. Sedangkan, arnesa dan arya terkejut mendengar perkataan nesya. Apakah sesibuk itukah dirinya? sampai-sampai mereka melupakan putrinya.

Dikamar nesya menumpahkan tangisannya yang ia tahan sejak dirinya berbicara formal dengan sang bunda. Sebenarnya nesya rindu mereka, ingin memeluk mereka, ingin bertanya kabar mereka. Namun, ternyata egonya lebih tinggi dibandingkan dengan rasa rindunya.

Karena kelamaan menangis membuat mata nesya mulai berat. Tak lama nesya akhirnya terlelap dan pergi berselancar di dunia mimpi.

♥♥♥♥♥

Pagi ini nesya bangun dengan keadaan yang sangat berantakan. Mata sembab, hidung merah, dan rambut acak-acakan. Akhirnya nesya pergi untuk membersihkan dirinya dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Setelah selesai memakai seraga ia mengambil tas dan turun ke bawah.

Terlihat dari atas bahwa bundanya yang sedang mengerjakan sesuatu di leptopnya dan sang ayah yang masih berkutat dengan ipad nya. Workaholic, pikir nesya yang melihat ayah dan bundanya yang sangat senang sekali bekerja.

Nesya yang tak menghiraukan mereka langsung saja menuju rak sepatu dan mengambil sepatunya lalu memakainya. Bi inah yang melihat putri majikannya sedang memakai sepatu bertanya.

"Non, gak sarapan dulu?" Arya dan arnesa langsung mengalihkan pandangannya.

"Gak usah bi, nesya sarapan di sekolah aja" jawab nesya sambil tersenyum ke arah bi inah.

"Nesya, mending sarapan dulu sayang" ucap arnesa

"Bi nesya berangkat dulu ya" ucap nesya dan mengacuhkan ucapan bundanya "assalamualaikum"

NesyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang