chapter 34

29.6K 2.3K 69
                                    

Tak terasa satu minggu telah berlalu semenjak kematian kedua orang tuanya. Saat ini nesya sedang berada di kamar orang tuanya.

Untuk masalah perusahaan ayahnya, sudah nesya percayakan kepada tangan kanan ayahnya dulu.

Nesya yang sedang duduk di atas kasur milik mendiang orang tuanya, tak sengaja melihat berkas di atas meja samping tempat kasur.

Ia langsung saja melihat apa isi berkas tersebut. Saat membaca berkas tersebut, nesya sangat terkejut.

Untuk nesya tersayang

Sayang, maafin bunda sama ayah ya nak. Maaf kalo kami dulu sudah mengabaikan kamu demi pekerjaan kami. Tapi, entah kenapa perasaan bunda gak tenang seakan-akan terjadi sesuatu. Karna itu bunda tulisin surat ini buat nesya.

Bunda sama ayah sayang nesya seperti anak sendiri. Kenapa bunda nulisnya 'seperti anak sendiri'. Karena bunda sama ayah bukan orang tua kandungmu sayang. Maaf kalo kebenarannya selama ini kami rahasiakan dari kamu sayang. Karena bunda pingin punya anak tapi sayang, bunda dinyatakan tidak akan pernah bisa mengandung.

Jadi maafin kami sayang. Saat itu kami menemukanmu di depan pintu gerbang rumah kami. Kami berdua tidak tau siapa orang tua kandungmu. Tapi ada benda yang ditinggalkan saat kami menemukanmu. Benda itu tak lain gelang dan kalung. Gelang tersebut yang selama ini kamu pakai sayang. Kalo kalung tersebut bunda simpan di lemari bunda.

Maafin bunda sama ayah sayang. bunda hanya tak ingin kehilangan kamu.

Maafin bunda sayang....

Sekali lagi maafin bunda..

Dari

Bunda

Ternyata itu adalah surat dari bundanya sebelum sang bunda pergi meninggalkannya.

"Hah! Ja-jadi se-selama ini gue bukan anak kandungnya bunda!" Gumam nesya.

"Ke-kenapa kalian berdua nyembunyiin ini dari nesya hiks..kenapa!!" Gumam nesya sambil menangis tersedu-sedu. Ia tak menyangkan bahwa selama ini dirinya bukanlah anak kandung melainkan anak tiri.

Ia menatap gelang yang berada di tangannya yang ternyata adalah pemberian dari orang tua nesya yang asli. Tapi, tunggu! Seperti ada yang hilang. Dimana bandul beruangnya? Kenapa tidak ada. Dan kenapa bisa hilang.

Nesya langsung saja berdiri dan hendak mencari bandul beruang itu sambil sesekali mengusap air matany dengan kasar. Setelah itu ia mencari di kamarnya. Siapa tau terjatuh di sana.

"Jangan sampai hilang...jangan sampai hilang..jangan sampai!" Batin nesya sambil mencari bandul tersebut.

Setelah beberapa menit, nesya tak kunjung menemukan bandul tersebut. Ia menghela nafasnya sedih. Mengingat jika gelang ini adalah pemberian orang tua kandungnya tapi malah ia hilangkan. Ia ingin mencari orang tua kandungnya melalui gelang tersebut. Tapi, gelang tersebut hanya gelang biasa jika tidak ada bandul beruangnya.

Karena ciri dari gelang tersebut adalah terdapat pada bandul berbentuk beruang itu.

Huftt

Nesya menghela nafasnya dengan perasaan sedih. Tapi, tunggu sebentar! Tadi bundanya menuliskan jika ia diberi gelang dan kalung.

Nesya melebarkan matanya.

Ya, kalung itu!

Ia masih bisa menemukan orang tua kandungnya melalui kalung tersebut. Nesya segera menuju ke kamar orang tuanya dan membuka lemari milik bundanya tersebut. Ia melihat kotak perhiasan milik sang bunda dan langsung membukanya.

Ia melihat kalung yang terdapat di dalam kotak tersebut. Nesya mengambil kalung tersebut lalu melihat apa yang membuatnya beda dari kalung yang lainnya. Dan ternyata hanya terdapat huruf "P" pada kalung tersebut.

"Semoga dengan kalung ini gue bisa ketemu orang tua kandung gue!" Batin nesya.

♥♥♥♥♥♥

Pagi harinya, nesya berangkat kesekolah dengan memakai kalung tersebut. Karna, siapa tau ia dapat menemukan orang tuanya.

"Pagi nan" sapa nesya.

"Pagi nes" balas nanda.

"Wihh..tumben pake kalung" sambungnya saat melihat nesya memakai kalung.

"Coba-coba aja hehehe" jawab nesya sambil terkekeh.

Tak lama, arga memasuki ruang kelas dan langsung saja ia duduk di tempatnya yang tak lain samping nesya.

Arga melihat kesamping. Lebih tepatnya ke arah nesya. Saat melihat nesya memakai kalung ia menatap nesya heran.

"Lo pakai kalung?" Tanya arga. Nesya hanya mengangguk.

"Owh!" Ucap arga.

"Kok gue pernah ngeliat tuh kalung ya? Tapi dimana?!" Batin arga.

Tak lama bel tanda masuk berbunyi dan guru pengampu jam pertama telah masuk ke dalam kelas.

♥♥♥♥♥♥

Kring...kring...

"Baiklah kita akhiri pelajaran pada hari ini. Selamat istirahat!" Ucap sang guru sambil keluar kelas.

"Ke kantin gak lo?" Tanya arga. Nesya mengangguk.

"Bareng aja ayo!" Ucap arga menarik tangan nesya. Nesya hanya menurut saja tangannya di tarik oleh laki-laki tersebut.

Saat mereka menuju ke kantin, mereka berpapasan dengan refa dan deka.

"Wuihhh pas banget kita ketemu disini, jadi kita gak perlu ke kelas lo deh" ucap deka.

Arga hanya menatap deka malas. Tanpa bicara sepatah kata pun, arga melenggang pergi dari hadapan deka dengan tetap menarik nesya dan diikuti refa yang sedari tadi hanya diam.

Sedangkan deka hanya mendengus kesal karena diacuhkan oleh arga. Akhirnya ia ikut menyusul teman-temannya ke kantin.

Sesampainnya di kantin deka segera duduk di samping refa.

"Tega bener lo semua ninggalin gue" ucap deka.

arga, refa, dan nesya yang sedang memakan langsung mendongak menatap deka sebentar lalu melanjutkan lagi kegiatan merek yang tertunda.

Deka hanya mengelus dadanya sabar. Tak lama ia ikut memesan makanan. Saat menunggu pesanannya datang, mata deka tak sengaja menatap kalung nesya.

"Lo pake kalung nes?" Tanya deka. Nesya yang ditanya pun mengangguk. Refa yang mendengar pertanyaan deka ikut menatap nesya.

Deg

"Hah! Ka-kalung i-itu" batin refa sambil menatap kalung nesya

♥🔴♥🔴♥🔴♥🔴♥🔴

Halo guys😊

Maaf nih ya kalo saya update nya lama. Saya baru aja selesai PAS jadi baru bisa up deh😊

Jadi, silahkan dibaca jangan lupa bintang dan komen😆

Dan yang belum follow akun saya segera follow ya😆

TERIMA KASIH

Selamat membaca


Next~

NesyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang